Saturday, March 10, 2012

Never Ending Story

(dibuat setelah--terpaksa--menonton sebuah sinetron ketika di Jakarta)

Sepertinya sinetron ini tak akan pernah tamat.
Setelah plot mengenai :

1. Putrinya yang tertukar sejak bayi di rumah sakit.

2. Perusahaan si ayah yang bangkrut karena dijebak

3. Istri pertama yang selingkuh dengan si penjahat

4. Cinta segitiga, empat, lima…, sebelas.

5. Orang tua yang jadi gila dan masuk RSJ

6. Istri kedua yang kecelakaan dan koma.

7. Salah satu dari anak tertukar kecelakaan

8. Istri sadar dari koma

9. Istri sadar dari koma, kecelakaan, mukanya rusak dan diperban
(hidup sepertinya begitu sulit bagi karakter ini)

10. Ayah yang bangkrut jadi buta.

11. Anak-anak berjuang mengumpulkan uang untuk operasi transplantasi mata ayah.
(20 juta bisa untuk transplant mata…, ampun, beli di warung mana tuh?)

12. Cinta yang tidak mengenal kelas sosial. Si anak tertukar 2 jatuh cinta dengan supirnya.

13. Anak tertukar 1 jatuh cinta dengan bos-nya.

14. Anak tertukar 2 kena kanker tulang.

15. Ibu muka rusak akhirnya meninggal, dibunuh.

16. Muncul seorang dokter yang bisa menyembukan sakit kanker tulang stadium tinggi dengan operasi
(Hmmm…, kayanya sebenarnya dukun, bukan dokter….)

17. Dokternya ternyata jahat, ingin merebut anak tertukar 2 dari si supir.

18. Tiba-tiba muncul Evil twin dari si ayah buta, yang sudah tidak buta lagi.

19. (Ah, hampir lupa!) Anak yang tertukar sudah kembali ke orang tuanya yang betul.
(Tapi filmnya belum tamat-tamat juga)

20. Si supir—pacar anak tertukar 2—diculik dan dibius. Lalu jiwanya keluar mencari-cari si pacar.
(Udah mulai mengarah ke film horror kayanya nih)

21. Salah satu anak tertukar—sampe udah gak tau lagi yang mana—dituduh membunuh si ibu muka rusak.

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

I mean…, kalau ternyata mereka-mereka ini belum rela men-tamat-kan sinetron ini, mereka masih bisa merambah genre lainnya, seperti :

1. Horor : Tiba-tiba muncul pocong atau kuntilanak yang menculik salah satu dari si anak tertukar. Atau siapa aja deh, yang penting ada yang di culik, siapa tau kalau karakter-nya hilang satu, filmnya bisa cepet selesai.

2. Thriller : Muncul seseorang dengan tudung hitam, membawa kapak, masuk ke rumah-rumah dan memotong mereka satu persatu.

3. Action : Demi memperebutkan wanita, mereka akhirnya bertanding, adu pencak silat.

4. Action (juga) : Si supir ternyata adalah agen rahasia yang sedang menyamar demi menangkap gembong narkoba. Akhirnya jadi banyak adegan tembak-tembakkan dan kebut-kebutan.

5. Sci-Fi : Muncul pesawat alien, dan mereka akan mengubah semua manusia jadi alien!

6. Tragis : Semua anggota keluarga meninggal, dan si peran utama akhirnya harus hidup sendirian di dunia ini, bersama seekor kambing yang menjadi piaraannya, walaupun akhirnya ia mulai tergoda untuk makan lamb-chop.

Tapi aku rasa, film ini akhirnya akan
happy ending. Isn't all sinetron have to have a happy ending?

Akhirnya keluarga bersatu kembali. Si tudung hitam berhasil ditangkap oleh supir yang ternyata adalah agen rahasia. Sang jagoan menang adu pencak silat. Pocong dan kuntilanak juga berhasil diusir menggunakan tenaga dalam si jagoan. Alien akhirnya hidup di dunia bersama keluarga mereka. Dan, seluruh keluarga si pemeran utama tidak jadi mati, karena berhasil dibangkitkan kembali dari alam kematian.

TAMAT.

ps: si kambing akhirnya tidak jadi lamb chop,
karena no animal was harm during the making of this blog.

Thursday, November 10, 2011

Lost and Found

Hari sudah malam, setelah mencuci gelas, sebelum pulang, aku ke wc terlebih dahulu. Aku berjalan melintasi koridor lift, sebelum masuk ke south-wing. Tiba-tiba aku terhenti di tengah jalan, selembar uang...,tergeletak ..., begitu saja..., di tengah-tengah jalan..., di depan lift. Aku menunduk, hanya menatap uang itu. Menengok kiri-kanan, berharap (atau mungkin tidak berharap), ada seseorang yang akan muncul. Tidak ada.

Akhirnya aku memungutnya, dan membuka lipatannya, penasaran, berapa jumlahnya. Man was I surprised.... It's 5000 yen! 5 freakin thousand yen! Itu sama dengan menemukan uang 500rb di Jakarta. Bayangkan 5 lembar 100rb tergeletak begitu saja di tengah jalan, atau 10 lembar 50rb, atau 50 lembar 10rb, anyways..., Aku menemukannya.

So? What did I do? Aku hanya berdiri di tengah-tengah situ, memegang uang itu di tanganku, dan berharap ada seseorang yang akan muncul entah dari North atau South, and claim the money. Lagi-lagi, tidak ada. Akhirnya aku berjalan pergi dengan uang itu. Selama di WC aku berkontemplasi. Dengan uang ini, bisa membiayaiku makan untuk seminggu. Aku bisa mengajak teman-temanku makan enak. But the better me finally speak (sigh!).

Aku kembali ke meja ku dan menghampiri seorang wanita jepang yang duduk di sebelahku, memberikan uang itu kepadanya, menceritakan bagaimana aku menemukannya, dan mengakhirnya dengan kata-kata, "I don't know what to do with it." Mereka juga terkejut melihat jumlah uang itu, lalu mulai berdiskusi "blbalbalbalbalba... Ooki deshoo (big right?)... blablalbalbabla.... ikura desuka? (how much? (for money))" Dari situ aku menyimpulkan bahwa mereka juga tidak akan memberitahu berapa jumlah uang yang ditemukan, tapi akan membiarkan orang yang meng-claim-nya untuk memberitahu jumlah uangnya. Hahahah..., ternyata masih ada miripnya sama Indonesia.

Aku menceritakan kejadian itu kepada temanku selama perjalanan pulang, dan berkata kepadanya..., "kalo gue jahat..., udah makan-makan enak kita malam ini.... Hahahahah." Ketika tiba di kantor pagi ini, selembar pemberitahuan sudah terpasang di koridor lift. Tapi sepertinya sampai sore tadi, belum ada yang mengaku juga.

Hmmmm..., kita kasih waktu 1 minggu? Kalo tidak ada yang mengakuuuuuu..., hehehehehe.... *merencanakan sesuatu*

Sudah Hafal Dia....

Pagi ini, ketika sedang berjalan, kembali ke mejaku, si boss yang kebetulan sedang berjalan ke arah yang sama, tiba-tiba mengajakku bicara....

"Natasha hari ini pink, ya?" Ia mengomentari kameja pink pastel yang aku kenakan.
"Yes O san, Iactually dont like pink, but my mother insisted on this one...."
"Hoo, very good..., is it from Jakarta?"
"Yes...." sambil cengengesan.

Aku ke mejaku, ia berjalan ke mejanya, tapi tiba-tiba kembali ke arahku.
"Saya tahu, ya..., natasha biasa pake black."
"Yes! correct!" kataku sambil tersenyum lebar.

Hmmm..., dia sudah hafal kebiasaanku rupanya.

Tuesday, September 20, 2011

His name is Aidan

And he is 6 years old.

Sewaktu aku sedang membantu acara luncheon di gereja, meletakan makanan di meja, dan memasang taplak. Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari tengah-tengah ruangan, dari antara anak-anak kecil yang sedang ikut sibuk lalu-lalang.

"Can I be the taste-er?" teriak seorang anak laki-laki
"No, you can not! Don't touch any of the food, they haven't finish preparing it yet." seorang wanita membalas.

Aku menengok, suara itu datang dari seorang anak laki-laki, berkaos merah, badan sedikit gempal, dan berkepala botak. Ia sedang berdiri di samping seorang wanita yang mungkin adalah ibunya, sambil memandangi makanan yang sudah mulai tertata di meja penuh minat.

Aku kembali ke dapur..., dan mengeluarkan kue-kue dari plastik, lalu akan membuka taplak di meja yang lain, ketika anak itu tiba-tiba datang menghampiriku.

"Hey, you wanna help me?" kataku kepadanya. Ia hanya memandangku, "Can you help me, put this in the trash?"
"sure!" katanya, lalu mengambil plastik dari tanganku dan menghilang.

Tidak ada beberapa detik, Ia kembali lagi ke sampingku. Akhirnya, aku memberikan ujung taplak meja, dan membiarkan ia membantuku memasangnya.
"You have to pull on your end, okay?"
"okay!" katanya..., sambil sibuk meniru apa yang kulakukan, merapihkan ujung-ujung taplak itu.
"So..., you wanna go, and find if there's something else we can do?" kataku setelah kami memasang taplak itu.
"yeah..." katanya.

Kami berjalan kembali ke dapur, dan tiba-tiba ia menggandeng tanganku.

"What's your name?" Aku bertanya
"Aidan" katanya
"Aiden?"
"Nooooo..., it's Aidan! thats A-I-D-A-N" katanya bangga setelah mengeja namanya.
"Oohh...okay..." kataku sambil tersenyum.

Di dapur, seorang wanita yang kukenal, tersenyum melihat ku datang menggandeng seorang anak kecil.

"Who's this?" dia bertanya padaku.
"This is my new friend," kataku sambil tersenyum.

"So, what's your name?" katanya sambil menunduk dan tersenyum melihat anak itu.
"Aidan!"
"Aiden?" si wanita bertanya
"noooooooo! its Aidan! A-I-D-A-N" katanya dengan mimik muka what-is-it-with-you-people-who-cant-say-my-name-correctly.

beberapa menit kemudian, ketika kulihat lagi, ia sudah berdiri di pojok dapur, dengan muka serius, sedang mengeluarkan biskuit dari bungkusnya, dan menatanya di atas piring, sambil sesekali menjilat jarinya yang terkena coklat dari biskuit itu, lalu membawanya ke luar ruangan untuk menatanya di atas meja.
Akhirnya ibu-nya memanggilnya dan mengajaknya jalan-jalan sambil menunggu acara dimulai.

Ketika acara makan siang akhirnya dimulai, aku melihatnya lagi berkeliling mencoba-coba makanan yang tersedia, tampak begitu bersemangat.

Anak yang sangat menarik..., It's really nice to meet you Aidan. Thats A-I-D-A-N.

Friday, August 26, 2011

Elevator

Entah kenapa pada hari yang sama, saat itu, aku bisa mengalami 2 kejadian aneh di lift kantor.

Bermula ketika aku akan ke lantai 35. Dari lantai ku, untuk mencapai lantai itu, harus harus berganti lift di lantai 26, untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Emang cuman bis aja yang bisa ganti-ganti?

Anyways,

Ketika mengantri lift, beberapa orang sudah ada terlebih dahulu, sebelum aku. Beberapa orang pria, dan dua orang wanita. Lift itu datang, kami semua naik. Tidak ada yang bersuara di dalam lift. Semua hanya berdiri, dengan mata terpaku pada pintu, atau pada angka penunjuk lantai, sampai tiba-tiba.

Krriiiuuuukkkkk....

2 detik setelahnya, terdengar suara, "sumimasen."
Ternyata salah satu wanita yang tadi! Ternyata perutnya yang berbunyi. Aku tidak berani melihat ke arahnya. Hanya menunduk, berkonsentrasi memasang muka datar, demi tidak menambah rasa malu si wanita itu.

Beberapa detik kemudian....

Krrriiiuuukkkkk.... Diikuti lagi dengan, "sumimasen...."

Addohh...wanita malang, kalau aku jadi dia, ketika pintu lift terbuka tadi, aku akan langsung keluar. Naik tangga..., naik tangga deh...! Yang penting harga diri booo....
Okelah, aku mungkin tidak akan naik tangga 1o lantai juga, mungkin yah..., 1 lantai saja, dan menahan lift lain di lantai berikutnya, berharap isinya bukan orang-orang yang sama, hehehehe.
Sambil menunduk aku melirik ke arahnya, ia ternyata sedang menahan perutnya. Aku rasa, ia juga sedang berdoa supaya perutnya jangan berbunyi lagi, sampai ia tiba di lantai tujuannya. Doanya terwujud. Tidak ada lagi insiden perut berbunyi hingga ia keluar.

Ketika aku akan turun kembali ke lantai ku. Pintu lift terbuka, hanya ada seorang pria di dalamnya. Aku pun naik. Kami masing-masing berdiri di pojok lift. Mataku terarah ke penunjuk lantai di lift. Sampai tiba-tiba aku melihat sebuah gerakan aneh dari si pria di pojokan.

Ia tiba-tiba memegang bagian pinggang celananya, dan mulai membuka ikat pinggangnya. Tanpa sadar aku semakin merapat ke pojokan lift. Antara tidak mau melihat tapi tetap waspada. Mataku hanya terarah ke angka penunjuk lantai atau ke lantai di lift itu. Ternyata oh,
ternyata..., si pria hanya ingin membetulkan bajunya! Ingin rasanya aku berteriak..., "helooo..., misteeerrr..., gak kenal sama yang namanya wc ya?" Atau kalau si bapak itu terlalu malas ke wc, paling gak, pas dia sendirian di lift, kek. Jangan pas barengan sama cewe yang saat itu, baru seminggu saja tinggal di Jepang, en jadi mikir..., ya olloohh..., masa di kantor begini ada juga orang yang seneng 'pamer' gitu sih? Hehehehehe....

Tuesday, August 16, 2011

My New Church

Aku menyukai gereja baruku disini. Terutama karena gereja ini aku temukan dengan--lumayan..., yah gak gitu-gitu amat juga sih--susah payah.

Saat itu, sudah hampir minggu ketiga aku tidak ke gereja. Gereja yang disarankan temanku yang pernah tinggal di Jepang, tidak aku temukan. Peta yang ia berikan cukup aneh..., dan petunjuknya hanya seputar, "kalo gak salah" en "kalo gak lupa" juga "gue gak pernah merhatiin nama jalan kesitu."

Nominasi pertama..., coret!

Gereja kedua yang disarankan adalah gereja Indonesia. Wohoo..., sepertinya oke. The only catch is, gerejanya di Tokyo, sementara aku tinggal di Yokohama. Seorang teman kantorku, dengan sangat baik hatinya, menawarkan kalau-kalau aku ingin bareng sama adiknya kesana. Adiknya bergereja disitu rupanya. Akhirnya aku berkomunikasi dengan adiknya. Ia menawarkan untuk bertemu di Kikuna stasiun. Cara ke Kikuna station? Pertama ke stasiun Yokohama, dari situ pindah kereta, naik Toyoku Line, yang ke arah shibuya. Oke..., sebentar..., sebentar..., dia ngajak janjian di stasiun Kiku apa?

Saat itu aku baru sekitar 1 minggu disini, untuk seseorang yang sering disorientasi arah, (beberapa hari yang lalu, aku sibuk menunjukkan arah kepada temanku, berkata, "pokoknya loe lurus aja, terus belok kanan, oke? belok kanan." sementara tanganku sibuk menunjukkan ke arah kiri. Temanku hanya menatapku bingung) tidak bisa berbahasa jepang, dan orang-orang disini tidak bisa berbahasa inggris, tantangan diatas masih kuanggap sulit. Suatu waktu tapi, aku akan mengunjungi gereja itu.

Nominasi kedua..., coret!

Karena gereja-gereja yang disarankan, sepertinya tidak ada yang berhasil, akhirnya aku mulai mencari-cari sendiri. Lewat internet tentunya. En walaaa! aku menemukan gerejaku yang sekarang ini. Ditemani oleh kedua orang temanku (perjalanan ini ada ceritanya sendiri, akan kuceritakan lain waktu), kami bahkan survey lokasi sehari sebelumnya, (jadi inget mau ujian UMPTN, segala survey lokasi dulu, heheheheh.)

Gerejaku adalah gereja Internasional. Orang-orang dari berbagai macam negara ada disitu. Amerika, Jerman, Singapore, Filipin, Indonesia, Hongkong, Afrika, etc. Pada minggu pertama aku bergereja disitu, salah satu doa dipimpin oleh orang Afrika. Jujur, aku tidak mengerti sepatah kata pun yang ia ucapkan, ia berbicara dengan logat Afrika yang sangat kental. Oh, FYI, orang ini yang mengira aku orang India....

Dan parahnya lagi, aku sering tertukar nama orang-orang Afrika ini. Ada 3 orang yang sangat aktif di gereja. Sudah 1 bulan lebih aku bergereja disana, dan aku masih sering tertukar nama mereka.... please forgive me. Tapi aku merasa muka mereka mirip semua..., hiks!

Suatu hari, ketika aku baru keluar gereja, hendak pulang, seseorang dari mereka menghampiri aku. "halloo, how are you? are you going home?"
"Yes," kataku sambil tersenyum.
"Do you need a ride? We can take you up to Yamate station." dia menawarkan.
"Oh, its okay, I'll take the bus from here. By the way..., you are....Wilson...?" tanyaku ragu-ragu.
"No, I am Nelson."

Ouch..., strike one.

"Oh are you the one that we just pray about? about getting a new job?" aku bertanya lagi.
"Oh, no..., that is Fred. I have my own company. I dont have to depend on other people." Dia berkata sambil tersenyum bangga.

But still..., strike two for me.

Im so soooorrryyyy..., tapi serius, sulit sekali bagiku untuk membedakan mereka. Hiks. Untungnya Nelson ini tidak tersinggung, karena aku terus-terusan salah orang, dan dia masih sangat bersemangat menyapaku setiap minggu. Minggu depan aku akan mengingat-ingat namanya! Namanya adalah Wilson! Eh..., maksudku Nelson!

Wednesday, July 27, 2011

Nehi..., nehi..., I'm not Hindi Pt. 2

"Jadi, Nai? gimana? udah ada yang salah kira belum?" Seorang temanku tiba-tiba bertanya, ketika kami sedang chatting.
"Salah kira apaan?"
"Salah kira loe orang India! hhahahahaha...."
"Sialaaannn loooooeee! Tapi bener sih..., udah ada yang ngira gue orang india.... sial banget!"
Temanku langsung tertawa terbahak-bahak membaca jawabanku.

Suatu hari, ketika sudah malam, dan sedang menunggu lift untuk pulang, tiba-tiba datang seorang laki-laki India, ikut menunggu lift. Dia melihat ke arahku, dan tiba-tiba berkata,
"Excuse me...."
"Yes?"
"Are you Indian?
"No, I am INDONESIAN." mulai dongkol dalam hati. "why?"
"Oh, because you look like Indian, there are not many Indian women in here."
"Sorry, but I'm Indonesian."

Kali lain ketika di gereja, aku disambut oleh seorang pria Afrika berbadan besar....
"Hallo! I saw you from last week..., whats your name again?"
"I'm Natasha."
"Natasha..., are you Indian?"
"No, I'm Indonesian" memasang senyum, padahal rasanya pengen teriak.

Aaarrrggghhhh..., ampun deeeehhhh..., udah jauh-jauh gue ke Jepang, masih ada juga kejadian begini?!?!?!?

Mungkin mulai sekarang, kalo kenalan sama orang, kalimatnya default-nya mesti:
Hallo, I'm Natasha, and I am Indonesian.

HAH!