Saturday, May 28, 2011

Lost In Translation

Sudah hampir 2 minggu aku tinggal disini. Dan selama hampir 2 minggu itu juga, aku lost in translation. Seperti yang kubilang, ternyata tidak begitu banyak orang yang mengetahui bahasa inggris disini. Jika kita ke restaurant, atau coffee shop, or whatever, mereka juga tidak menggunakan bahasa Inggris. Akhirnya? Kami akan menggunakan bahasa isyarat, bahasa tubuh, dibumbui dengan sedikit bahasa kalbu.

Begini ceritaku ketika aku akan membeli roti dan ketika aku akan membuat Alien card ke kantor kecamatan setempat.

Memasuki toko roti, aku mengambil beberapa roti dan akan membayar. Ketika berdiri di depan kasir :

K : blablablabla (berbicara dengan bahasa jepang)

N : mengangguk-angguk (menduga sepertinya ia menyambut pelanggan yang datang)

K : blablablablabla? (berbicara dengan bahasa jepang, sepertinya bertanya, karena diakhiri dengan nada meninggi)

N : English?

K : blablablablabla ? (lagi-lagi menggunakan bahasa jepang)

-----sama-sama bengong sambil liat-liat-an-----

K : (tiba-tiba menggunakan bahasa isyarat, menunjuk kedepan-kebawah-kedepan-kebawah)

---- kembali sama-sama bengong -----

N : Aaaahhh! (Menunjuk ke luar sambil tersenyum lebar)

K : Haik! Sambil tersenyum dan mulai membungkus roti yang kubeli.

Ternyata, dari tadi dia ingin bertanya, mau dimakan di tempat, atau mau dibawa pulang? Maann, mereka bahkan gak bisa bilang “dine-in” or “take-out” ?!?!?!

Lain cerita ketika aku akan membuat Alien card di kantor kecamatan setempat. Aku yang sering disorientasi arah ini, hanya dibekali dengan peta untuk menemukan tempat itu. Untungnya, untung sekali…, ada seorang lain di kantor, yang harus membuat kartu yang sama denganku.

Sesampainya disana, kami mengambil nomor antrian untuk loket foreigner registration. Aku berasumsi bahwa, karena ada loket khusus untuk foreigner, maka si penjaga loket pastinya bisa berbahasa inggris.

SALAH BESAR.

Bahkan tidak ada satu kata pun ia mengerti. Ketika giliranku untuk maju, yang membantuku adalah seorang pria muda yang bergaya cukup gaul.

Dia mulai berbicara dengan bahasa jepang…. Aku cengo.

Akhirnya dia menandai bagian mana di formulir yang mesti aku isi…. Aku mengangguk-angguk.

Dia mulai berbicara lagi dengan bahasa jepang…. Aku cengo.

Karena ada satu kata yang aku mengerti dari kalimat yang diucapkannya, aku berbicara dengan bahasa inggris, ceritanya ingin mengkonfirmasi…. Dia cengo.

Akhirnya kami hanya saling memandang…, dan aku memutuskan untuk mengisi formulirnya saja. Ketika selesai aku mengambil nomor antrian lagi. Sepertinya ini yang dari tadi dimaksud oleh si petugas gaul.

Ketika aku maju untuk yang kedua kali, yang maju seorang ibu-ibu. Kejadiannya tidak jauh berbeda dengan tadi.

Dia berbicara…. Aku cengo

Aku berbicara…. Dia cengo

Aku rasa sekarang, aku mulai mengerti dengan kata-kata, ‘mata adalah jendela ke hati.’ Disini, ketika kami sudah tidak saling mengerti, biasanya kami hanya saling liat-liat-an…, dan akhirnya bisa terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Tidak tahu apakah benar-benar sepakat, atau hanya iya-iya saja, supaya cepat. Hehehhee.

Intinya, akhirnya pendaftaranku selesai..., dan akhir bulan aku bisa kembali untuk mengambil alien card yang sudah jadi. Sepertinya akan ada sesi saling memandang lagi akhir bulan nanti....

Monday, May 16, 2011

Yokoso Japan!

Sekitar 1 Minggu yang lalu, aku tiba di Negara ini.

Aku mengucapkan selamat tinggal untuk Indonesia, dan Hallo Jepang! Aku di-assign oleh kantor untuk bekerja disini selama beberapa tahun kedepan. Kesulitan terbesar ketika tiba adalah, selain dari kendala bahasa adalah, tidak ada-nya satu petunjuk pun yang bisa aku mengerti, karena mereka tidak menggunakan bahasa latin. Untungnya aku sudah mendapatkan petunjuk untuk apa yang harus dilakukan ketika tiba.

1. Telpon orang apartment menggunakan telpon umum, untuk konfirmasi kedatangan

2. Beli tiket bus ke stasiun Yokohama

3. Tunggu orang apartment yang akan menjemput di Statiun, lobby 2.

Petunjuk yang diberikan sebenarnya cukup jelas…, bahkan ada keterangan gambar…, tapi ternyata, kenyataan berbicara lain. Telpon umum? Yang mana? Karena ada 3 berderet dengan warna yang berbeda. Setelah mondar-mandir dan celingak-celinguk gak jelas di depan telpon umum, menggunakan salah satu telpon yang tidak berhasil-berhasil juga…, tiba muncul suara dari langit dari belakang, “excuse me…, local or international?” Seorang ibu-ibu menyapaku, kayanya dia melihat ada sebuah tanda tanya besar di jidatku. Thank goodness ternyata dia bisa bahasa inggris, walaupun terbata-bata, tapi dalam situasi seperti ini I’ll take what I can get.

Akhirnya misi pertama dan kedua selesai. Ketika sampai di stasiun, aku merasa sepertinya aku berada di ruangan yang adalah lobby 2. Tapi kenapa tata ruangannya berbeda dari yang di foto? Satu-satunya hal yang masih sama adalah letak sebuah telpon umum di pojok ruangan. Baiklah, kita asumsikan bahwa ini adalah ruangan yang betul. Tidak sampai setengah jam menunggu, datanglah si orang apartment menjemput.

Aku tahu bahwa jepang ini adalah sebuah negara dengan tata ruang yang sangat minimalis. Tapi ketika aku tiba di apartment-ku aku cukup terkejut. Untuk membuat segala sesuatu singkat, jika ada yang ingin datang menginap…, silahkan pilih mau tidur di wc, atau di wastafel. Oh ya…, mulai sekarang aku akan menyebutnya kamar kos. Selesai menunjukkan segala sesuatu…, si orang apartment kamar kos pun pergi. Aku berkeliling memeriksa ruangan lebih teliti. Kompor listrik, rice cooker, water heater, microwave, setrika, hair dryer, mesin cuci, panci, penggorengan, semua sudah tersedia. Hanya ada satu masalah, aku tidak tahu bagaimana cara menggunakan kompor, sementara aku sudah kelaparan. Akhirnya yang bisa aku lakukan adalah, meng-sms salah satu temanku disini. “Mas, gue laper en gue gak tau cara make kompornya.” Untungnya temanku itu kebetulan akan keluar juga, jadilah ia menjemputku ke kamar kos-ku, dan akhirnya kami semua pergi bersama.

But anyways, itulah kurang lebih pengalaman ketika tiba di Negara ini. Masih banyak hal lagi yang ingin aku ceritakan…, tapi tunggu di blog selanjutnya.