Tuesday, October 27, 2009

Dunia Kubik

Dari balik kubikal berwarna abu-abu, di ujung ruangan, dia mengintip….

Terusan coklat, cardigan krem, ikat pinggang lebar berwarna hitam, stocking hitam, dan sepatu hak tinggi berwarna hitam mengkilap.
Terusan ungu, ikat pinggang lebar berwarna hitam, legging hitam, sandal tali-tali seperti tentara romawi.
Rok lipit coklat, sepatu hak tinggi 5 centi, kameja putih yang manis….
Rambut panjang sepinggang bergelombang berwarna kecoklat-coklatan.


Dari balik bilik kecilnya, ia menengok kiri dan kanan….

Seorang pria berbicara kepada laptopnya dengan suara lantang, mengetes voice recognition.
Seorang yang lain keluar masuk sebuah ruangan, membuka dan menguncinya kembali, mengulang hal yang sama beberapa kali sehari. Apa yang disimpannya disana, sehingga ruangan itu, harus terus dalam keadaan terkunci…?
Yang lain lagi, sibuk mondar-mandir, membawa map plastik biru, dokumen yang harus ditanda tangan, atau mengambil kertas yang keluar dari mesin printer.

Dari ujung ruangan ia mendengar….

Bip…. Kartu digesekan ke sensor pintu, seseorang baru saja masuk dari luar….
Tullululutt….tulululuulut…..telepon berbunyi berulang-ulang si empunya telpon tidak ditempat. Telpon tidak berhenti berbunyi, sampai akhirnya, “Hallo, maaf orangnya sedang tidak ditempat.”
Ting Tung…. Suara panggilan Information atau mungkin untuk parkir, dari gedung sekitar terdengar, lalu samar-samar diikuti oleh suara seorang perempuan.

Di kubikal abu-abu di ujung ruangan, jauh dari semua orang, dia bersembunyi. Kameja lengan panjang kotak-kotak, jeans lusuh, dan sepatu datar berwarna hitam. Sibuk menulis blog-nya sambil sembunyi-sembunyi mendengarkan mp3 kesayangannya, tersenyum pada dirinya sendiri. Puas dengan dunia kubikal abu-abu miliknya.

Saturday, October 17, 2009

Wrong Arrangement!

Okelah, aku mungkin memang tidak mempunyai latar belakang, design interior, atau tata ruang, atau arsitektur, dan sejenisnya. Tapi untuk yang satu ini, aku yakin bahwa something is really wrong with the arrangement.
Aku berbicara mengenai pengaturan, tata letak, WC pria di kantor kami.
Mungkin orang akan berpikir, ngapain aku pusing dengan hal ini, it’s not like I’m going to go inside anyway right? Oohhh…, anda-anda sekalian salah. Ketika kenyamananku mulai terganggu, maka something needs to be done.
(Pengertian dari something needs to be done adalah, dengan cara menulis di blog ini, hohoohoh)

So, I was walking, minding my own business, di lorong kantorku, ketika aku melewati WC pria. Melewati WC pria adalah hal yang biasa bukan?



Tapi…, tapiii…tiba-tiba WC pria terbuka…,Pintunya terbuka lebar, ketika pemandangan di dalam dapat terlihat oleh semua orang. Inilah yang aku maksud dengan tata ruang yang salah, urine station itu—itukah namanya? Tempat pipis itu looh—bukannya terletak di belakang pintu, jadi ketika pintu terbuka, tidak akan terlihat oleh orang-orang yang lalu lalang, ini malahan terletak tepat di depan mata ketika pintu terbuka (Noooo..., my eyesss...my eyeesss!!! sok heboh kaya film thriller Hollywood)
Sehinggaaaa, jika ada orang yang membuka pintu WC itu, untuk masuk ataupun keluar, jika ada orang lain yang sedang ’doing their business’ akan terlihat dari luar..., ugh!
I’m not a pervert or anything, aku tidak suka mengintip, buktinya aku tidak bintitan (entah kenapa orang-orang sering menghubungkan mengintip dengan bintitan, tapi aku juga pernah menulis tentang cara-cara jitu, menghilangkan bintitan di blog-ku yang terdahulu). Tapi..., seharusnya sudah dipikirkan dari awal mengenai penataan di dalam WC pria itu. Apa mungkin karena mayoritas orang yang bekerja di kantor kami ini kebanyakan laki-laki, so nobody would actually mind? HUH!