Wednesday, December 29, 2010

Owe it to Self

Ternyata tanpa kusadari, sudah 2 tahun aku menulis di blog ini. Ketika melihat history-nya baru aku tersadar, sudah sejak tahun 2008 sejak aku pertama kali menciptakan blog ini.

Aku menyadari bahwa ternyata aku suka menulis. Terutama ketika sudah lulus kuliah, sepertinya ada rasa berhutang pada diri sendiri karena sekian lama tidak menulis lagi.
Pada masa kuliah, salah satu mata kuliah yang paling aku gemari adalah, Penulisan Populer. Sang Dosen, Pak Ismail (God bless his soul) sudah tiada. Tapi masa kuliah bersamanya tidak bisa kulupakan. Ia selalu datang ke kelas sambil berteriak "merdeka" dan mengangkat kepal tangan keatas. Tugas tulisan mingguan yang ia berikan, walaupun berat, tapi selalu dengan senang hati aku kerjakan. Rasanya begitu menantang untuk menciptakan sebuah kisah atau sebuah artikel, ketika aku duduk semalaman memikirkan topik apa yang bisa dibahas. Ketika harus menciptakan sebuah kisah dari sebuah topik yang membosankan, dan bagaimana cara mengemasnya dalam sebuah tulisan yang menarik.

Lalu ketika kuliah berikutnya, ia akan mengupas hasil tulisan kami. Bagaimana ia akan berkata bahwa kisah roman yang kami ciptakan terlalu picisan. Atau artikel yang kami tulis kurang informatif, atau ketika kisah yang kami ceritakan sudah bagus, tapi terlalu banyak kesalahan teknis penulisan. Sedikit memalukan memang, ketika ia membahasnya dengan gamblang di hadapan semua mahasiswa lain, tapi sangat membanggakan ketika ia mencantumkan tiga titik pada hasil tulisan kita dan menulis kata-kata "kembali ke saya." Artinya ia merasa bahwa tulisan itu cukup baik untuk ia simpan sebagai koleksi pribadinya, dan bahkan bisa ia sertakan pada bukunya yang berikut.

Ia tidak pernah menerima banyak mahasiswa dalam kelasnya, dan aku sangat beruntung bisa mengambil dua mata kuliah darinya. Kurasa kuliah darinya adalah salah satu yang sampai sekarang masih kuingat. Aku sangat yakin bahwa karena mengikuti kuliah-nya itulah, yang membuatku masih ingin menulis bahkan sampai saat ini.

Tulisan-tulisan di blog ini memang hanya kisah biasa, tidak fantastis, dan lebih ke arah pemikiran abstrak saja. Apa yang tiba-tiba terlintas di pikiranku, dan mencoba menuangkannya dalam sebuah tulisan. Aku bahkan tidak yakin ada yang membaca blog ini atau tidak, heheheh. Tapi aku rasa aku sudah cukup puas dengan mengetahui bahwa aku tidak berhenti menulis, bahwa aku tidak meninggalkan menulis.

Aku rasa aku berhutang pada begitu banyak orang yang telah mengajarku, untuk terus menulis. Tapi yang terpenting aku rasa aku akan berhutang pada diriku sendiri, jika aku berhenti menulis.

Tergelitik

Membaca blog seorang teman baikku, aku merasa sangat tertarik, penasaran, bahkan setuju dengan kutipan di blognya itu.

silahkan lihat sendiri di link ini, apakah anda merasakan hal yang sama dengan saya?

Jennniiffeerrr

Tiba-tiba aku teringat pada seorang temanku yang mempunyai sebuah kebiasaan untuk mengganti nama orang.

Ketika masih bekerja di Papua dahulu, ada salah seorang driver kami, seorang lokal Papua, yang bernama Jessica. Jessica adalah seorang laki-laki Papua, berbadan tinggi, kulit gelap, dan rambut agak panjang keriting. Ya, dia seorang laki-laki.
Pertama-tama aku kira, itu bukan nama sebenarnya, sampai aku sempat bertanya-tanya keliling juga pada teman-temannya. Ternyata itu memang serius nama aslinya.

Kembali ke temanku.

Setiap hari Jessi (itu nama panggilannya) akan mengantarkan kotak makan siang kami ke kantor. Temanku ini, yang sering susah menemukan kotak untuk departemennya, akan selalu berteriak, "Jennifeeerrr..., kotak punya gue manaaa?" Sepertinya nama Jessica belum cukup, temanku masih harus menggantinya dengan Jenifer.

Kali lain, ketika aku sedang berada di dekat mejanya..., ia sedang memanggil salah seorang Office Boy kami..., "Maaatthheeewww!"
Tidak usah ditanya, nama asli si OB adalah Matius.

Lucunya terlepas dari itu bukan nama asli mereka yang dipanggil, entah kenapa mereka selalu menengok jika temanku ini memanggil. Haha.

Tuesday, December 28, 2010

Lagu Genit

Hari minggu, 26 Desember 2010, sewaktu aku sedang santai nonton tv di rumah. Tiba-tiba handphone-ku berbunyi. Satu pesan masuk. Pesannya cukup singkat.

"Cuoy, liat Metro buruan, lagunya centil, masa toel-toel"

Penasaran aku langsung mengganti channel tv. Aku menebak mungkin lagu dangdut dan semacamnya yang diputar.

Ternyata...,

Yang ada adalah sebuah konser natal, dan si penyanyi sedang menyanyikan lagu, "Noel, Noel"

Aku langsung tertawa terbahak-bahak, membuat saudara-saudaraku bingung.

Memang, hanya temanku yang satu ini, yang bisa membuat sebuah lagu natal, menjadi lagu genit.

Sunday, December 12, 2010

Tips (Ngaco) Hemat Gathering

Melihat keadaan sekarang yang serba mahal, dan juga karena seringnya pergi untuk ngumpul-ngumpul dengan teman. Aku mulai melihat cara bagaimana bisa sering jalan-jalan, tapi tetap hemat. Ini memang hanya sebuah pandangan ngaco, tapi kurang lebih inilah poin-poin terpikirkan olehku. Sooo…, beginilah kurang lebih cara-caranya :

1. Discount!

Sekarang ini bukan hanya produk barang, tapi banyak juga restoran yang menyediakan diskon. Mereka sering bekerja sama dengan sebuah kartu kredit tertentu. Sehingga, akan sangat menguntungkan sekali, jika anda atau mungkin teman anda, mempunyai kartu kredit yang dimaksud.

2. Go with the flow, Free Flow.

Lebih baik memesan minuman yang free flow alias isi ulang. Temanku sebelum memesan tidak akan ragu-ragu untuk bertanya jenis minuman apa yang free flow, (untung ada dia, jadinya aku tidak usah bertanya sendiri..hehehhe..) tentunya sangat menguntungkan hanya dengan membayar sekali, bisa dapat isi ulang sesukanya…hohohooh.

3. Caaarrd…, the caaarrrddd.

Berkenaan dengan poin no. 1, dan Oke lah, saya juga tidak akan meng-encourage anda untuk memiliki kartu kredit. Tapi kalau misalnya ada seorang teman anda yang menawarkan untuk membayar dengan kartu kredit-nya dulu, lumayan menguntungkan buat anda karena anda tidak harus langsung membayar saat itu juga! Lumayan bisa menunda pembayaran dengan cara misalnya : “gue bayarnya besok di kantor aja yaaaa…” (Tapi jangan sampe lupa dibayar ya! Bisa jatuh kredibilitas)

4. Girls on Diet!

Untuk lebih menghemat, mungkin anda bisa membagi makanan saja dengan teman anda. Tapi hati-hati menentukan pilihan! Kalau bisa carilah teman wanita anda yang tidak bisa makan banyak-banyak, atau sedang diet. Karena porsi yang akan dia makan, pasti akan lebih sedikit lagi. Jadi anda bisa mendapatkan kira-kira ¾ porsi makanan, dan tetap membayar setengah harga!

5. Be with the boys.

Bukannya bermaksud curang, tapi ada keuntungan dengan pergi bersama dengan para pria. Jika keluar makan bersama, mereka jarang menghitung dengan teliti berapa jumlah total makanan dan minuman mereka. Biasanya jika bill datang, mereka hanya akan mengeluarkan sejumlah uang—yang biasanya lebih—untuk membayar tagihan mereka. Kalauuu, sudah begitu, bisa-bisa anda tidak perlu membayar makanan anda sendiri, karena kelebihan dari yang diberikan oleh semua teman laki-laki anda….huahuauhuhahua. (Tertawa puas)

6. Take it slooww and make it fast (saran paling ngaco)

Ini mungkin saran paling ngaco, dan aku sendiri belum pernah mencoba, walaupun sempat terpikirkan beberapa kali. Ketika bill datang, bagaimana kalau anda sengaja berlambat-lambat mengeluarkan uang? Siapa tau ketika teman-teman anda selesai mengumpulkan semua uangnya, akan ada kelebihan, dan anda bisa membayar dengan jumlah yang kurang, atau bahkan tidak sama sekali? Lalu ketika uang kembali datang, cepat-cepat mengambil uang kembalian yang ada, Hehehheheheh. (tapi aku pun ragu, apa masih ada orang yang mau berteman dengan anda yang berkelakuan seperti itu hehhehehe.)


Jadi inilah tips-tips yang aku simpulkan sendiri, karena ingin tetap bisa sering kumpul-kumpul dengan teman, dan tidak ingin langsung jatuh miskin sampai gajian berikutnya. Sama sekali tidak ada latar belakang penelitian untuk tips ini, Heheheheh. Tapi siapa tau, ada yang benar-benar bisa digunakan!

Thursday, September 23, 2010

[no title]

Aku sebenarnya tidak mengenalnya begitu dalam.

Terakhir kali aku bekerja dengannya adalah 3 tahun yang lalu, sebelum akhirnya dia diterima kembali bekerja di tempat ini, belum sampai seminggu yang lalu. Ia terlihat begitu gembira bisa bekerja lagi, setelah absen selama 3 tahun, setelah memiliki 2 orang anak. Orangnya memang selalu ceria, selalu tertawa. Ketika diberitahu mengenai karakter calon bos-nya yang menyebalkan, ia hanya tertawa dan membalas, “tenang aja, kalo ampe dia ngomel, entar gue omelin balik.” Aku hanya tertawa mendengar komentarnya, sambil berpikir, si jepang satu itu sepertinya akan mendapat seorang lawan yang kuat.

Hari Kamis itu adalah hari pertama seharusnya ia mulai bekerja. Tapi ia hanya datang ke kantor, untuk meminta ijin ke dokter, karena ia merasa kurang enak badan, dan berjanji akan datang keesokan harinya. Keesokan harinya ia bercerita padaku, badannya masih terasa lemas. Ia tidak sanggup berangkat ke kantor dari rumahnya sendiri, karena terlalu jauh, sehingga ia harus menginap di rumah ibunya. Kami sama-sama berpikir, mungkin ini hanya kasus flu, batuk, dan pilek biasa. Ia terlihat bersemangat bekerja, dan sudah mulai merencanakan bagaimana cara ia akan merapikan file-file lama nanti. Hari Minggu, aku masih berkomunikasi dengannya mengenai pekerjaan. Hari Senin ia tidak masuk karena menurut dokter ia mesti rawat inap. Hari Selasa….


Ia masih memberi kabar bahwa sepulang dari periksa dokter, ia akan ke kantor.

Aku sudah mulai mengantuk, ketika aku menyudahi chatting dengan seorang temanku. Aku sedang bersiap-siap untuk tidur, ketika handphone-ku berbunyi. Siapa yang meng-sms malam-malam begini? Pikirku. Ketika kubaca, kata-kata yang tertera cukup singkat. “Nay, Nita meninggal dunia.” Tidak mungkin! Teriakku dalam hati. Ia masih datang ke kantor 3 hari yang lalu, dan duduk tepat di belakangku. Hari Senin kami masih saling berkirim sms, ia berjanji akan ke kantor sepulang dari dokter! Bahkan pada hari Selasa, siang harinya aku masih menerima miss-call darinya.

Terburu-buru aku menelpon temanku yang mengirim kabar. Ia menangis tersedu-sedu ketika mengangkat telpon, merengek, mengajakku ke rumah sakit. Akhirnya aku setuju. Kami berangkat menuju rumah sakit, tapi terlambat, pihak keluarga sudah membawanya ke rumah. Tanpa berpikir panjang, kami langsung menuju rumahnya. Di dalam taksi, kami tidak berbicara banyak. Temanku masih sedikit terisak-isak. Pembicaraan yang terjadi hanyalah soal ingatan akan dirinya yang masih bekerja 3 hari lalu. Tapi setelah itu, kami terdiam lagi. Beberapa kali seperti itu. Kesunyian selalu menyeruak kembali ke tengah-tengah percakapan kami. Yang terdengar hanyalah suara lalu lintas di luar, dan suara supir taksi yang sedang menyenandungkan sebuah lagu. Ketika kami berkata padanya, untuk mengikuti bendera kuning, agar mencapai rumah yang sedang kami tuju, ia pun bergabung dalam kesunyian kami, mengerti.


Aku masih tidak bisa percaya, ia dibaringkan disitu, di tengah-tengah ruangan.

Ketika kami tiba di rumahnya, beberapa orang sedang bergerombol di depan. Pandangan mereka mengikuti kami hingga kami masuk ke dalam rumah. Dari dalam terdengar suara orang yang sedang membaca doa, bisikan-bisikan, dan isak tangis. Lalu…, aku melihatnya, disitu, di tengah ruangan, tertutup kain putih, tidak bergerak. Otakku sepertinya masih tidak bisa mencerna kejadian ini. Hanya 3 hari yang lalu aku masih berbicara dengannya, tertawa-tawa, bercanda. Tanpa sadar, air mata mulai mengalir di pipiku.

Kami menghampiri orang tuanya, bersalaman, memberi semangat. Walaupun kata-kata yang keluar dari mulutku lebih mirip sebuah gumaman. Aku selalu tidak tahu apa yang harus kukatakan pada situasi seperti ini. Tapi apakah ada orang yang benar-benar tahu? Orang tuanya terlihat tabah, walaupun ibunya masih terisak-isak. Ayahnya yang terduduk di kursi roda, masih tersenyum, menyambut tangan kami, dan meminta maaf jikalau ada kesalahan untuk anaknya. Kami melihat anaknya yang paling kecil tertidur di dekat kakek dan neneknya. Anaknya yang paling besar, berlari-lari keliling ruangan, tertawa dan bermain dengan seorang anak kecil yang lain. Nampak jelas tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Bahkan mungkin ia sedang mengira bahwa ada acara kumpul keluarga biasa, dan merasa senang karena banyak orang yang berkunjung ke rumahnya.


Kami hanya duduk, terdiam, memikirkan sebuah subjek pembicaraan.

Setelah hanya berdiri beberapa saat, terdiam dan memandangi sosoknya. Kami duduk di teras rumah. Situasinya sama dengan keadaan kami sebelumnya di dalam taksi. Tidak ada yang berbicara dengan suara lantang. Pembicaraan yang terjadi dilakukan dengan berbisik-bisik. Setelah pertukaran beberapa patah kata, kesunyian kembali lagi di tengah-tengah kami ingin mengambil bagiannya. Kami hanya duduk disana, memandangi handphone berpikir siapa lagi yang harus dihubungi. Bermain dengan jari-jari tangan, menunduk menatap lantai, atau memandangi anak pertamanya yang sedang bermain di dekat kami. Berpikir bagaimana anak itu akan tumbuh tanpa ibunya.

Akhirnya kami memutuskan untuk pulang, lalu berpamitan pada orang tuanya. Kembali lagi ayahnya berkata pada kami, “kalau Nita ada salah, tolong dimaafin ya….” Sambil berjalan meninggalkan rumah itu aku berpikir, “kesalahannya hanyalah, ia pergi terlalu cepat, ya…, itu saja.”

In memoriam of Nita Handayani, a loving mother, and a cheerful friend.

Jakarta, 2010

Tuesday, August 24, 2010

New Office

Hal paling menyenangkan dari pindah ke kantor baru adalah, IT’s VERY NEAR TO MY HOUSE!!!

Dari rumah sampai kantor, hanya butuh sekitar 15 menit. Begitu juga sebaliknya. Tidak perlu lagi lari-lari keluar kantor, mengejar bis Trans Jakarta. Tidak perlu lagi berdesak-desakkan, atau pindah halte demi bisa masuk kedalam bis. Tidak perlu lagi ikutan mengantri di antrian khusus pria, hanya karena antrian itu lebih kosong ketimbang antrian wanita, hahahahha.

Tapi salah satu kekurangannya adalah, tempat makan yang terbatas, juga harga yang tinggi. I miss makan seporsi 5000 rupiah…, hiks….

Wednesday, July 28, 2010

TransJakarta : Extreme Measures

Oke lah, memang naik TransJakarta di jam pulang kantor itu, penuh perjuangan. But some people would actually go to the extreme demi bisa masuk ke bis itu, atau go to the extreme supaya temannya bisa ikut naik ke bis itu…, hehehehehe….

Kejadian Nyata 1.

Kemarin sore, ketika aku tiba di halte busway, ternyata beberapa teman-teman kantorku sudah tiba disana, dan berdiri di antrian paling depan. Sementara aku dan seorang temanku (seorang laki-laki), berada di antrian lapis ketiga. Dua bis lewat, tapi karena terlalu penuh, kami tidak bisa naik. Akhirnya ketika bis yang ketiga akan lewat, temanku yang sudah berdiri di antrian terdepan itu, berkata, “pokoknya bis yang ini, kita mesti naik, ya! Oke?” Kami mengangguk-angguk, mendengar kata-katanya.

Bis itu pun lewat, beruntung agak lowong di dalamnya. Tapi aku ragu, apakah aku bisa ikut naik atau tidak, jadi ragu-ragu aku maju, tapi tidak masuk ke dalama bis, karena sepertinya tidak akan muat. Ternyata temanku yang sudah masuk duluan itu, ngotot ingin aku ikutan naik juga. Mungkin dia tidak tega melihat kami harus menunggu bis yang berikutnya. Akhirnya di dalam bis, di tengah-tengah semua orang, dia berteriak, “Pak! Tunggu pak! Jangan jalan dulu…, itu temen saya lagi hamil!!!”


WHAT?!?!?!?


Aku terkejut, cuman berdiri mematung, tanpa sadar tanganku langsung memegang perut. Akhirnya aku hanya berkata, “udah gak pa-pa mbak…, aku tunggu yang berikutnya aja.” Sambil tersenyum miris, menahan malu. Setelah bis itu pergi, temanku yang masih menunggu bersamaku langsung tertawa terbahak-bahak. Hahaha…, memalukan.

Pagi, ini ketika aku mendatanginya di kantor, si mbak itu, berkata kepadaku, “loe kemarin kenapa gak naik? Gue malu tau!” (Hee? Bukannya kebalik ya?), lalu dia berkata lagi, “Akhirnya gara-gara loe gak naik, gue ngomong ke kondekturnya, Oh, suaminya gak bolehin dia naik, soalnya bis-nya kepenuhan.”
Huhauhahahua…geblek berat. Karena aku menunggu bersama seorang temanku yang laki-laki, akhirnya dia mengambil kesempatan itu untuk membela diri. Dalam menit yang sama, setelah dituduh hamil, akupun dituduh sudah menikah…hahhahaha.


Kejadian Nyata 2.
Karena terjadi banyak pelecehan seksual di bus Transjakarta, akhirnyalah…, antrian masuk kedalam bis dibuat terpisah antara laki-laki dan perempuan. Walaupun sebenarnya di dalam akan tercampur lagi, dan pada kenyataannya banyak laki-laki yang masih ikutan mengantri di bagian wanita, begitupun sebaliknya.

Pagi ini, temanku mengantri di bagian wanita, karena agak kosong dibanding di bagian laki-laki yang sudah menumpuk, dan menurutnya bukan dia satu-satunya laki-laki yang ikut mengantri disitu. Ketika sedang berdiri, datang seorang wanita yang—karena datang belakangan—harus berdiri dibelakangnya. Mungkin karena dia tidak mau berada dibelakang. Akhirnya si wanita ini, mencolek temanku, dan berkata, “Mas, antrian untuk laki-laki disebelah sana,” Sambil menunjuk ke arah yang satunya. Temanku yang tidak mau harus mengantri lagi dari belakang, jika pindah ke tempat laki-laki, dan berisiko terlambat ke kantor karena akan ketinggalan bis, akhirnya berkata pada si wanita itu, dengan muka serius, “Tapi saya bukan laki-laki,”

Hening…, wanita itu tidak bisa menjawab apa-apa.


Huahahahahha
…Hebat…hebaattt…, jawaban paling mantap yang pernah kudengar!

Wednesday, July 21, 2010

Comment

Sebuah percakapan sambil lalu with my, oh-so-'genius'-sister.

Setting Waktu : Jam pulang kantor.
Setting Tempat : Food Court Pasaraya Blok M.

Sambil berjalan dan melihat poster film terbaru yang diputar di bioskop, aku bertanya kepadanya.

"Film Inception bagus ga? Tentang apaan, sih?"
"Itu loohh..., sama kaya Deception, but without the 'D' "

Hahahahaha..., a pure genius comment.

Sunday, July 18, 2010

Ingin Sendiri = Ayo..., ganggu aku!

Aku melihat suatu hal yang lucu-menggelikan-narsis-ironis, ketika sedang mondar-mandir kurang kerjaan di rumah, lalu akhirnya memperhatikan adikku yang sedang mengutak-atik Facebook-nya.

Disitu, aku melihat status seseorang yang cukup menarik, karena dia menulis kurang lebih seperti ini,

==quote==

"Lagi ingin menyendiri dulu..., mungkin selama beberapa hari kedepan, sorry ya temen-temen."

==unquote==

Menulis status kaya gitu, sih, sama sekali gak ada salahnya, tapi yang bikin lucu adalah, ketika ada orang yang mengomentari statusnya itu..., dia malah membalas! Bahkan bukan cuma sekali, tapi beberapa kali.
Aku kira ketika dia bilang ingin menyendiri itu, berarti absen dari dunia facebook atau dunia nyata selama beberapa hari..., tapi mungkin aku salah. Hahahahaha.... So much, for wanting to be alone.

Orang yang katanya 'ingin sendiri' ini, sepertinya ingin meneriakkan kepada dunia, "heellooo..., people..., pay attention pleeeaaseee..., I want to be aloonnneeee...!!!" Hehehhehe..., such a drama queen.

Wednesday, June 23, 2010

Try to Appreciate

Don’t you just hate dealing with someone, who feels that he/she has the superiority to do anything??? And he’s not even the freakin boss!!!

Jadi hari ini aku terpaksa berhubungan dengan orang sejenis. Hanya karena berasal dari sebuah golongan, atau instansi tertentu…, akhirnya merasa bisa berbuat seenaknya.

Aku disuruh menelpon, memastikan sesuatu. Ketika menelpon, orang itu menjawab, dengan cuek dan agak ketus, “saya lagi meeting.” Tapi, dari belakang terdengar suara berisik dan orang-orang berbicara dengan suara kencang, bahkan tertawa-tawa. Mencoba berpikir positif, aku menciptakan alasan, mungkin saja dia berada di sebuah meeting yang sangat menyenangkan.

Akhirnya dia menelpon balik, ketika aku mencoba menerangkan titik permasalahannya, yang aku yakin dari sisiku tidak melakukan kesalahan apa-apa, dan hanya mencoba berjalan sesuai prosedur yang ada, dia sepertinya tidak menerima dengan baik, lalu segera mengakhiri pembicaraan, dan menutup telpon bahkan sebelum aku selesai bicara.

Ingin rasanya aku merobek-robek muka orang-orang seperti itu. Could you at least try to appreciate others??!?!?!?!?

Tuesday, June 22, 2010

Can't and Don't

In some occasions..., there are some things that I can't understand.

NO..., scratch that..., there are some things I don't want to understand.

*sighing*

Friday, June 18, 2010

Sometimes the Snow Comes Down in June

It's June, dan hujan mengguyur Jakarta hampir tiap hari. Berdasarkan pengalaman, seharusnya bulan-bulan sekarang ini, musim kemarau sudah dimulai. And yet, sekarang malah nampak seperti musim hujan.

Aku jadi teringat lagunya, Vanessa Williams. Lagu lama sih, nadanya enak..., judulnya "Save the Best for Last." Liriknya dimulai dengan kata-kata,
"Sometimes the snow comes down in June, Sometimes the sun goes round the moon...." Yang sebenarnya ingin mengatakan bahwa such things won't happen. Tapi..., kalau melihat situasi cuaca yang sangat aneh akhir-akhir ini..., jangan-jangan hal itu bisa terjadi? Snow in June? Musim Hujan di bulan Juni? Musim kemarau di bulan Desember? Pemanasan Global?

Anyways, sedikit menyambung dengan kenyataan bahwa, bulan Juni, hujan masih turun dengan derasnya. Ketika pulang kantor malam ini, hujan tiba-tiba mengguyur Jakarta.
Having just lost my umbrella. Akhirnyalah..., aku berdiri di pelataran Pasaraya Blok M menunggu hujan, tiba-tiba teringat pada lagu Vanessa Williams, dan mulai menyanyikannya dengan suara pelan, mulut sedikit komat-kamit,dan mengetuk-ngetukkan kaki. Ketika menengok ke pos sekuriti di sebelah kananku, aku melihat sebuah bangku kosong, dan mulai berpikir, kira-kira boleh gak, ya, numpang duduk di dalam situ? Tidak ada 5 menit aku melihat ke arah kursi itu, tiba-tiba si pak sekuriti mengeluarkan kursinya, dan menunjuk ke arahku menawarkan untuk duduk. Hahahaha, jangan-jangan si bapak itu bisa baca pikiran. Atauuu..., mungkin dia kesian ngeliat mukaku yang melas banget menatap bangku kosong itu, hehehehhee. Tidak lama duduk, ternyata tukang ojek payung langgananku (baca : adikku, huahuauhahuahuahua) lewat. Yaahh, lumayanlah, akhirnya bisa jalan untuk nyari bajaj pulang.

Monday, May 17, 2010

Lagu Terseram Sepanjang Hidupku

Jika bisa, aku akan menobatkan lagu itu sebagai lagu terseram yang pernah aku dengar di sepanjang hidupku, dan aku bisa mengatakan, bahwa I haven’t lived that long (ingin menekankan, bahwa diri ini masih muda…, masih muda…, masih muuudaaaaaa)
Semuanya dimulai ketika aku baru pulang kantor, sehabis lembur sampai malam. Aku menaiki bis yang biasa, tujuan Blok M. Ketika itu, aku mengambil tempat di belakang kursi pengemudi. Tak lama sesudahnya, seorang pengamen, dengan gitarnya naik ke bis.
Ia mulai menyanyikan sebuah lagu bernada manis…, yah…, seperti model-model lagunya Iwan Fals akustik version, ato Ebiet G. Ade laah…. Bernada lumayan tenang. Dalam hati aku berpikir…, lumayan juga nih, lagunya yang dia nyanyiin…, cukup menghiburlah, emang beneran niat nyanyi. Gak kaya kebanyakan pengamen lain, yang kayanya cuman naik bis…, gonjreng-gonjreng gitar, atau alat musik apalah yang mereka punya, aaaa…, uuuu…, selama kurang dari 1 menit, dan langsung berjalan keliling meminta uang.

Anyways, back to topic. Si pengamen ini kayanya emang niat nyanyi, jadi aku mulai mencari uang kecil untuk diberikan padanya. Ternyata lagu itu selesai, dia mulai menyanyikan sebuah lagu lagi. Masih dengan model petikan gitar yang sama…, lagu-lagu santai…, lembut…, model seperti itulah. Dia memulai lagu itu dengan kata-kata, “Taahuukaahh kaauuu…bahwa kaauuu chaannntiiikkkk….” Pada detik itu, aku berpikir…, kayanya lagunya lucu nih. Eeenngg…, iiiinnggg…, eeennngggg…. I’m wrong…, dead wrong!
Bait berikut yang dia nyanyikan, “Ingin rasanya kucungkil bola matamu, dan kutunjukkan padamu betapa indahnya matamu…”

APAAAA?!?!?!?!

Aku langsung otomatis, menoleh ke arah si pengamen, kaget. Setelahnya sepanjang nyanyiannya itu, aku hanya menatap kearah jendela. Huauhhauhauha…, mengerikan sekali. Yang terlintas di otakku adalah…, kalau dia sudah mencungkil bola mata si wanita malang itu…, si wanita akan melihat bola matanya menggunakan apaa? Matanya yang sebelah? Yang ‘untung’nya tidak dicungkil oleh si tokoh pria dalam lagu…, hanya supaya si pria dapat membuat si wanita malang bermata satu karena sudah dicungkil keluar itu…, Ini loohhh…, ini yang gue maksud bahwa mata loe itu indah banget….

Hellloooo….! Pernah dengar benda yang namanya cermiinn?!?!

Sesampainya di rumah, aku menceritakan pengalaman itu, pada kakakku. Dan tahu apa komentarnya apa? “Loe gak, Tanya judulnya apa, Nay?”

Huuuuaaaaa?!?!?!? Setelah dia bernyanyi soal mencungkil mata orang…, dia masih berharap aku bertanya judul lagunya itu? Hahahahahah…. Lalu dia masih menyambung komentarnya, “siapa tau, abis itu si pengamen, ngeliat loe, terus bilang…, “kamu manis mbak.” “

“Terus? Dilanjutin gini? “ingin kupotong rasanya lidahmu, supaya engkau bisa merasakan, betapa manisnya dirimu??? “ “ Aku menjawab kata-katanya.

Ugh…, Makasih deh…, pass aja.