Monday, November 23, 2009

The Price of Beauty

Yes, my dear friends, beauty does come with a price…, an expensive one, if I may say.
Lihat sepatu-sepatu ini…, mereka terlihat manis, kan? Don’t be deceived people! Sepatu-sepatu ini ternyata telah memakan korban! Ternyata bentuk yang manis, merek, dan harga, tidak menjamin bahwa tidak akan ada korban yang jatuh.




Contoh korban :



Memakai sepatu-sepatu itu, dalam 1 hari saja, sudah membuat kaki jadi seperti ini. Sedangkannn…dengan sepatu boots, justru aman-aman saja! (well, sebenarnya aku hanya ingin pamer foto juga, sih)


Anyways, kembali ke masalah beauty comes with a price. Minggu lalu, aku ikut seorang temanku pergi ke acara bazaar sepatu Charles and Keith. Kata temanku sih, itu merek sepatu yang bagus. Don’t ask me, aku hanya tau merek-merek standard saja. As in Bata, Adidas, Reebok, Converse, Nike (eh…, itu sepatu-sepatu sport ya?) Anyways, ternyata aku hanya tau merek-merek sepatu sport. Kalau untuk sepatu wanita………..(no comment). Juga karena 'The price' untuk sepatu-sepatu merek tersebut biasanya cukup tinggi, temanku jadi bersemangat untuk ikut bazaar itu.

Hari itu aku masih sakit, suara masih bindeng, pilek dan juga batuk. Bahkan hari sebelumnya aku tidak masuk kantor. Temanku—kita sebut dia si mulut racun—mulai meracuniku untuk ikut bazaar itu. Dia bahkan mengirimkan foto-foto sepatu yang sudah dibeli oleh temannya, dengan harga yang cukup murah. Aku yang polos, dan tidak mengerti karena memang belum pernah mengikuti bazaar serupa, berpikir bahwa, yahh…, mungkin ini hanya seperti diskon-diskon biasa lainnya, tinggal datang en pilih. Ternyata oh…, ternyata…. I’m wrong, I’m dead wrong.

Ketika datang ke Senayan City, dan setelah bertanya kepada security, diketahuilah, bahwa untuk bazaar itu, bisa naik dari lantai 6. Ingat, katanya kuncinya adalah bisa naik dari lantai 6, bukannya ada di lantai 6. Jadi pergilah kami ke lantai 6. Ternyata ada antrian kursi yang sudah diatur, dan orang-orang sudah duduk penuh berjejer. Kami pun ikut mengantri. Antrian terus bergerak, dan kami dapat naik ke lantai 7. Dengan polos, aku berkata kepada temanku, “let the ‘hunting’ begin….”Hunting’ dari Hongkong…, ternyata di lantai 7, kami masih duduk mengantri lagi, di lantai 8? Same thing, bahkan antriannya sekitar 3 kali lipat yang dibawah.



Saat itu, aku sudah mulai mengomel pada temanku, kalau sampai kami sudah mengantri sekian lama, dan tidak mendapatkan sepasang sepatu pun…, paling tidak dia harus mentraktir kami makan malam. Karena jika melihat orang-orang yang sudah selesai berbelanja, masing membawa minimal 2 pasang sepatu, ada yang sampai 4 bahkan 5. Oh ya! Hebatnya lagi…, aku melihat beberapa orang laki-laki ikut mengantri, dan bahkan ada seorang pria yang mengantri untuk istrinya! ( Sepertinya pria ini cocok untuk dijadikan panutan bagi pria-pria lain, ahahhahahah….)

Well, anyways, akhirnya kami berhasil masuk kedalam. Setelah berkeliling dan terbengong-bengong selama beberapa saat, bingung melihat keadaan didalam. Sebuah ruangan besar, penuh dengan wanita-wanita yang hilir mudik mencari sepatu yang cocok bagi mereka. Aku pun, akhirnya, berhasil mendapatkan beberapa pasang sepatu juga. Dengan pikiran, masa setelah sekian lama tinggal di hutan, ‘hunting’ seperti ini aku tidak bisa? Hehhehhehe….

Tapi memang, pengalaman yang tak terlupakan…, dan karena ini juga, akhirnya teman-teman di kantor, jadi suka mengajakku kalau ada diskon besar-besaran lagi. Kesannya aku ini memang ‘tukang belanja’. Kata seorang temanku…, istilahnya adalah ‘Modis’ alias Modal Diskon…hahahhaha. Well, kalau ada yang lebih murah, kenapa harus beli yang mahal? Walaupun…kalau bisa, sih, gak sampe ngantri-ngantri gitu lagi kali yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa………….