Tuesday, November 18, 2008

Bapak Balthazar…?

Kemarin ketika sedang mengantri untuk ke dokter gigi, tiba-tiba….

“Bapak Balthazar….” perawat memanggil.

Aku menengok kiri-kanan, ikut mencari-cari…, penasaran….

“Natasha Balthazar… ?”

Sial…! Lagi-lagi aku dikira pria.
Ternyata ada kesalahan di data mereka.

And I thought that my name would explain all….

Sunday, November 16, 2008

Makan Yuuukk…!!!

Selamat Makaaannn…..!!!

Ugh…,yuck…!
:-&



Ket. Gambar :

Menu makan siang di kantor, hari Jumat, 14 November 2008.
#:-S

Thursday, November 13, 2008

They are oh…, so…, creative!!!

When I say ‘they,’ I mean is our catering subcontractor. Selain Catering, mereka juga yang mengerjakan segala pekerjaan house keeping. Jadi selain mengurusi makanan, mereka juga mengerjakan segara urusan kamar, seperti membersihkan, juga laundry.

Yang aku maksud kreatif diatas itu, lebih spesifik ke arah cucian. Mungkin mereka bosan melihat seragam kerja kami, yang warnanya abu-abu membosankan (:. Seperti gambar dibawah misalnya. (Sekalian pamer foto….)



Karena rasa bosan itulah, mungkin akhirnya mereka mulai ‘mewarnai’ baju-baju yang kami berikan untuk dicuci. :O)

Suatu hari di camp, teman sebelah kamarku tiba-tiba berteriak, lalu berlari menghampiriku di kamar. “Nay!!!” katanya, “coba loe liat handuk gue, warnanya apa?” X(
Sepertinya tidak ada yang salah, pikirku. Handuk itu terlihat baik-baik saja. “Ungu,” jawabku singkat, melihat keadaan handuknya yang sehat walafiat, berwarna ungu.
“Bukan! Handuk gue ini, aslinya warna pink!!!” :-O
Aku hanya bisa diam ternganga, lalu tertawa terbahak-bahak. Rupanya warna ungu yang aku kira adalah warna asli dari handuk tersebut—berhubung warnanya terlihat merata—ternyata adalah hasil terkena lunturan dari baju yang lain. Hahahahaha…..!!!

Kasus yang lain adalah, ketika seorang temanku, mendapati bahwa bajunya yang baru dikembalikan dari cucian, bukannya tambah bersih, malah terdapat banyak noda cat polkadot kuning yang menghiasi seragamnya, dengan manis. (Membuatku teringat akan lagu lama “she wore an it bitsy teeny weeny, yellow polkadot bikini…,” ada yang tau lagu ini enggak?) Tentunya dia protes. Akhirnya seragamnya itu dicuci kembali. Tapi ketika kembali—kami tahu bahwa harapan kami terlalu tinggi untuk mendapati seragam itu akan bersih total ketika selesai dicuci—totol-totol kuning yang menghiasi seragam temanku, sekarang tersebar merata ke seluruh bajunya. L-)Akhirnya bajunya yang semula berwarna abu-abu, sekarang jadi berwarna kekuning-kuningan. Bordiran nama yang ada di bajunya pun, berubah jadi kuning total. Akhirnya kami sering menggodanya, sepertinya ada seseorang di catering kami yang menyukainya, sampai-sampai bordiran namanya dijahit ulang dengan warna emas. Hehhehehe…. :x

Kasus-kasus lainnya lagi seperti, ketika seorang temanku mencuci jaketnya. Balik dari cucian, jaket sudah berubah jadi cardigan. Menciut rupanya. Kalau temanku ini cewe, sih, mending, masih bisa dipake itu cardigan. Sayangnya dia cowo, jadi menurut kecurigaanku, jaket itu mungkin sudah berakhir di tempat sampah. Temanku yang lain mencuci piyamanya, ketika balik sudah jadi kain perca. Luntur dan tidak berbentuk.

Baru saja kemarin, ketika aku memakai baju bebas ke kantor, seorang temanku yang lain bertanya, “kok, tumben, pake baju bebas, Nay?”
“Iya, nih, baju gue kaga dicuci!!!” aku berkata, sewot.
“Itu, sih, mending Nay, kalo gue, cucian gue jadi pink semua,” katanya memelas. FYI, temanku ini seorang pria.
Ternyata benar, ketika aku perhatikan, memang sekarang seragamnya yang abu-abu itu sekarang bernuansa pink.
HAHAHAHAHA….!!! =))
“Semuanya jadi pink, Nay, ampe baju dalem en celana dalem gue juga jadi pink,” Ia menunjukkan kaos dalamnya yang benar-benar berwarna pink.
Aku hanya bisa berkomentar, “gile, gue aja gak punya baju warna pink. Eh, tapi, Yon, kalo loe udah tau baju loe ampe yang dalem-dalem juga, udah jadi pink, kenapa masih loe pake juga? Kenapa gak pake yang lain aja?”
Nay, kan udah gue bilang tadi, semuanya jadi pink, Nay, semuanya!”
Hahhahaha…,benar-benar speechless :-O. Well, at least there’s a saying, “ A true man, won’t be afraid to wear pink.” I suppose you are a ‘true’ man, kan, Yonn? B-)

Monday, November 10, 2008

Mengheningkan Cipta…, Mulai !

Jadi, kemarin malam kami bertengkar. 8-

Kami mempertengkarkan masalah lirik lagu "Mengheningkan Cipta" yang bisa dibilang, terakhir kali kami nyanyikan adalah semasa SMA dulu, yaaaah, kira-kira 7 - 8 tahun yang lalu, lah.

Entah kenapa, tiba-tiba ia menyanyikan lagu "Mengheningkan Cipta" di telpon, aku akhirnya juga ikut-ikutan menyanyikan lagu itu. Tapi ternyata kami berdua sama-sama lupa lirik lengkapnya,
ehhehehhee.... :D

Aku memulai dengan menyanyikan bait pertama,
"Dengaaaaannnn seluruuuhhh, angkasa raya memujaaaaaa......"

"Memuja? mana ada kata 'memuja' di lagu itu? yang ada juga 'memuji!!!' " Ia mengomel. /:)
"Enak aja, jelas-jelas memuja, kok!" Aku tidak mau kalah....

Lagu dilanjutkan.....sampai mana tadi? oh, ya! "Dengaaaaannnn seluruuuhhh, angkasa raya memujaaaaaa......melawan negara....." Dia melanjutkan nyanyianku.

"Huauhauhhahahaha...." Aku tertawa terpingkal-pingkal. "Mana ada kata 'melawan negara??' yang ada juga 'pahlawan negara!!!' =))
"Eh, enak aja, jelas-jelas tadi aku bilang, pahlawan negara, kok! Kawan...kawan...coba kupingmu itu dikorek dulu!"
"Huh! jelas-jelas tadi loe bilang melawan negara, kok!" Tapi suaraku sudah tidak didengarnya lagi, ia sedang sibuk tertawa terpingkal-pingkal di ujung telpon.

Aku kembali melanjutkan lagu itu....."....angkasa raya memujaaa...pahlawan negara......yang gugur.....(aku lupa) nanananan....di ribaan bendera"

Ia kembali tertawa, "mana ada itu, kata 'nananana', lagian emangnya ada? kata di ribahan bendera??"
"Heh! namanya juga orang lupa! Lagian, macam loe inget aja semua liriknya?" [-X
Lanjut lagi....
"Di ribaan bendera, bela nusa bangsa....kau kukenang wahaai....nananana....bangsa"

Ia kembali sibuk tertawa di ujung telpon, sementara aku terus menyanyikan lagu itu. :))

"Tanda....jasa.....kau......(aku terdiam, tidak tahu lanjutannya)"

"Lanjutannya gimana, sih?" aku bertanya....
"Ehm...." ia berpikir, "Lupa" ia berkata lagi.... #-o
Aku hanya bisa tertawa, "Kawan....kawan....sok kali dirimu itu, tadi katanya hafal!"

Akhirnya aku melanjutkan lagi
...."Tandaaaa.....jasa.....kau.....nananananananana.....bagi Indonesia......"

"Eh, yang bener bagi Indonesia 'Pusaka' apa 'Merdeka,' sih?
"Ya, merdeka, laaah, mana ada itu Indonesia Pusaka? Jangan-jangan kamu juga gak tau ya, pengarangnya siapa?
"Heh? Emangnya siapa? Huh! dia pasti sok tau aja, tuh!"
"Enak aja, penciptanya itu namanya Muchtar Yadi!"
"Yakin itu? bukannya Gesang, atau W.R. Soepratman?" Aku sengaja memberikan nama yang salah.
"Duh, itu kan penciptanya "Bengawan Solo" sama "Indonesia Raya!" Dia semakin ngotot. L-)

"Yah, kan, siapa tau loe salah?"
"Sebentar kita cek, dulu....kita liat di Google"

sesaat kemudian....

"Eh, salah deng, ternyata penciptanya T. Prawit"
Aku langsung tertawa terbahak-bahak. "Kalo gitu, Muchtar Yadi itu siapa?? Dasar asal comot nama orang aja, jangan-jangan itu nama tukang sapu di sekolah loe dulu, ya?"
Ia hanya bisa ikut tertawa. =))

Jadi akhirnya aku mencari di internet lirik lengkap dari lagu "Mengheningkan Cipta", karena aku yakin ada banyak orang di luar sana yang juga lupa sama lirik ini.
Ternyata, liriknya pendek ya....
ehhehehe... :-


Mengheningkan Cipta
Karangan / Ciptaan : T. Prawit

Dengan seluruh angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja diribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang wahai bunga putra bangsa
Harga jasa
Kau Cahya pelita
Bagi Indonesia merdeka

Dia Protes….

Katanya, “bisa gak , kamu mulai kurangin ‘loe-gue-nya,’ dan mulai belajar pake ‘aku-kamu?’ kalo pake ‘loe-gue’ kedengarannya gak gitu sopan…. ”
Gitu ka? Oke, deh, diusahain ya, gue coba.

Wooopss . . . , trial and error . . . . :

Monday, November 3, 2008

Ngantuk..., Ngantuk!!!

Jam baru menunjukkan pukul tujuh lewat duapuluh menit di pagi hari, tapi aku sudah mengantuk. Aku memang mempunyai ‘reputasi’ dengan kebiasaan mengantukku ini. Sewaktu kecil dulu, aku bisa tertidur di tengah makan siangku. Lalu ibuku akan menggendongku ke kamar, sementara di mulutku masih ada sesendok penuh nasi. Di keluargaku, hal ini bukanlah hal yang aneh, aku memang sering melakukan hal itu. Bahkan sampai sekarang pun, di tengah-tengah makan, aku masih sering merasa ngantuk, dan akhirnya pergi tidur, tanpa menyelesaikan makananku.
Jika kami bepergian dengan kendaraan pun sama. Begitu kami naik di dalam mobil, tidak ada sepuluh menit, aku akan segera tertidur, dan terbangun ketika kami sudah sampai tujuan. Tapi jika naik pesawat, terutama pesawat besar seperti Garuda misalnya, aku justru sama sekali tidak bisa tidur, aku tidak tahan terhadap guncangan sekecil apapun, jika sedang naik pesawat itu. Entah kenapa aku lebih bisa tidur nyaman di pesawat kecil yang hanya muat untuk 15 orang, dan bisa tertidur pulas mulai dari take-off, hingga akan landing, dibanding naik pesawat Garuda yang besar itu.
Karena ‘reputasi’ ini juga, sewaktu kelas 3 SD, aku pernah terkena masalah. Aku pernah tertidur di kelas pada jam pelajaran agama, hehehhe. Kebetulan guru yang mengajar itu adalah seorang bapak-bapak yang sudah tua. Suaranya pelan, dan ia selalu memakai minyak angin yang mengingatkanku pada opa-ku. Waktu itu, aku ingat sekali aku duduk di deret kedua dari belakang. Aku bahkan tak ingat kapan aku tertidur. Yang aku ingat adalah, tau-tau ada seseorang yang menyolek tanganku. Ternyata yang nyolek itu, si guru agamaku. Udah gitu, parahnya, di dalam tidurku, aku bermimpi aku sedang duduk menyimak pelajaran agama yang sedang diberikan guruku.
Bahkan sekarang, ketika sudah bekerja pun, aku masih sering mengantuk. Sampai pernah di suatu siang, ketika matahari bersinar terik di luar, sementara aku duduk di mejaku, menikmati dinginnya ruangan, sambil mengantuk, karena suasana yang sepi, aku tertangkap oleh atasan-atasanku sedang mengantuk, dengan mata yang merem-melek, kepala mulai mengangguk-angguk kedepan dan kebelakang. Yak, betul, atasan-atasan, berarti jamak, lebih dari 1 orang, karena yang satu orang jepang, yang satunya lagi orang India. Sial banget rasanya waktu itu, ehhehehhe. Akhirnya si atasanku yang Jepang itu, malah meledekku dengan menirukan gaya mengantukku. Sialan. But what the heck, kejadian itu juga, udah 2 tahun yang lalu sih, walapun sampai sekarang aku belum juga bisa melupakannya, semoga saja mereka sudah bisa melupakannya. Amin.

Anyways, back to today. Aku mengantuk, lagi, dan selalu. Akhirnya, seperti biasa, jika aku mulai mengantuk, aku pergi ke wc, mengunci pintu, dan menutup mata sebentar. Setelahnya bikin kopi segelas, yang pada akhirnya, hanya diminum beberapa teguk saja. (aku tidak terlalu menyukai kopi). Jika masih mengantuk juga? Aku akan berjalan mengganggu teman-teman kantorku. Hey, mumpung bos-ku lagi bisnis trip ke Jakarta, gak ada salahnya, kan? I mean, When the cat’s gone, the mouse are partying. Although in my case, aku sudah hampir sudah tidak peduli lagi, apakah bosku ada atau tidak. Kalau ngantuk sih, ngantuk aja…, ehhehhehhe….

Tidur yuuukkk….!!!

Sunday, September 7, 2008

Sialan!!!

Susu tadi pagi, dicampur air lagi! Hueekkkk…. !!!

Saturday, September 6, 2008

Chocolate? No, Thank You

Give me chocolate ice cream
Give me chocolate cake
Give me chocolate milkshake
Give me chocolate pudding

Just, don’t give me chocolate.
Yes, People, I don’t eat chocolate.

Saya juga, baru menyadari hal ini, semenjak kuliah. Beberapa orang yang mengetahui ini tentang saya akan berkomentar. Tumben, cewe enggak suka coklat ?
Well, as a matter of fact. I don’t.

Anda bisa memberikan coklat terenak dari Swiss, Jerman, Perancis atau Negara manapun yang dikatakan sebagai pembuat coklat terenak di dunia, saya tetap tidak akan memakannya. Saya mungkin akan, mencoba 1 potong kecil saja, dan untuk 1 potong kecil itu pun, saya akan memerlukan waktu lama untuk memakannya. Kalau sudah terlalu lama, setelah 1 atau 2 gigitan kecil di ujung, coklat itu biasanya akan berakhir di tempat sampah. Bahkan untuk sepotong Beng-beng pun, saya bisa menghabiskan waktu antara setengah sampai satu jam untuk menghabiskannya. I just don’t like chocolate.

Tapi bukan berarti saya tidak menyukai rasa coklat ya, anda salah. Saya justru sangat menggemarinya. Roti coklat, es krim coklat, pudding coklat, susu coklat, milk shake coklat, coklat mousse, coklat cake. Semuanya saya suka. Bahkan jika harus memilih rasa es krim, atau kue, dan sejenisnya, saya pasti akan memilih rasa coklat. Tapi justru coklatnya sendiri, sebuah coklat batang, saya tidak akan memakannya.

Selama saya bekerja disini, saya sering sekali mendapatkan coklat. Akhirnya hal yang sering terjadi adalah, coklat-coklat itu akan berakhir di laci meja saya. Ketika dibuka, laci saya bisa penuh dengan coklat-coklat seperti Silver Queen, Toblerone, Cadburry, Beng-beng, Kit-Kat, Ferero Roche, dan coklat-coklat dari jepang yang dibawa oleh bos saya. Lalu bagaimana dengan nasib semua coklat-coklat itu? Biasanya saya pakai sebagai bahan sogokan,
hehhehehhe.

Saya : Jay, bookingin tiket dong, untuk hari rabu minggu depan.
Jaya : Yah, dah, penuh, Nay….
Saya : Ayo dong Jay, cariin tempat…, nanti gue kasih Kit-Kat,
deh….
Jaya : Ya udah, entar gue liatin…. (kalau dia sudah ngomong begini, biasanya pasti dapat !!!)

Atau….

Saya : Yon, printer di tempat gue rusak nih…, tolong dong, gue perlu nge-print banyak soalnya…
Yon : Bentar ya, Nay, gue mesti pergi dulu nih, entar pas gue balik deh,
Saya : Yah…, sekarang aja deh, nge-printnya buat meeting nih, gue kasih Beng-beng, deh.
Yon : Ya udah, tunggu bentar, gue datang kesana….
(Berhasil lagiiii!!!)

Walaupun tidak berakhir di perut saya sendiri…, tapi coklat-coklat simpanan itu, cukup berguna juga ^_^

Friday, August 29, 2008

Foto Time!!!

Sejak saya bekerja di Papua ini, saya jadi mempunyai kebiasaan baru. Senang difoto!!! Banyak sekali teman-teman saya disini yang mempunyai hobi fotografi, seperti, Sandy, Keisar, Juis, Alex, Alex. Intinya sih, anda suka memfoto? Kami suka difoto!!! Hehheheheh….

Jadi untuk halaman ini, saya akan memberikan beberapa foto kami…enjoy!

Foto ini diambil dekat dari Tank-2, tempat Liquified Gas nantinya akan ditampung.


Di foto di dekat Construction Jetty, tempat kapal-kapal masuk untuk bongkar muatan. Fotonya kaya anak band, gak sih?
Masih di foto di tempat yang sama dengan diatas.
Foto box!!
Masih di hari yang sama, dalam perjalanan pulang menuju camp. Bisa terlihat sekilas messhall (baca: kantin) kami dibawah.

Dari atas bukit tempat saya jalan kaki, setiap hari. Dari atas bukit ini, kita bisa melihat Tempat proses gas-nya nanti.

Handphone…Cellphones


2 Hari yang lalu, handphone saya hilang! Oke, lah, mungkin bukan hilang, tapi tertinggal, dan untungnya teman saya menemukannya, dan memberikannya kepada saya. Kalau tidak, tentunya handphone itu akan beneran hilang!

Kejadiannya ketika makan pagi di messhall (baca: kantin). Saya mempunyai kebiasaan untuk menaruh handphone saya si saku belakang celana. Jadi, ketika duduk—karena tidak nyaman—saya akan mengeluarkannya dari saku, dan meletakkannya di meja. Pagi itu, tidak seperti pagi-pagi lainnya, saya lupa untuk mengambilnya lagi! Ketika saya dan Thely, sudah menuju bukit, tiga langkah menuju security untuk scan ID badge, tiba-tiba saya merasa ada hal yang aneh. Kantong belakang saya terasa kosong. Ternyata benar saja, handphone saya, tidak berada di tempat yang ‘semestinya.’ Akhirnya saya balik lagi ke messhall, untuk mencari. Untungnya, belum sempat masuk ke dalam, teman saya sudah keburu mengambilkannya buat saya.

Saya jadi berpikir. Ketika handphone itu, tidak ada pada saya, saya merasa ada ‘sesuatu’ yang hilang. Sepertinya dengan ketidak-adaan handphone tersebut, saya akan mempunyai kesulitan yang lumayan besar. Padahal, dulu ketika saya belum mempunyai handphone, tidak pernah saya merasakan semua hal-hal itu?

Saya mempunyai handphone baru sekitar tiga tahun belakangan ini. Bahkan belum sampai tiga tahun. Sejak SMA, ketika handphone sudah mulai ‘in,’ tidak pernah terpikirkan untuk membelinya. Bahkan selama masa 4 tahun kuliah pun, saya tetap tidak mempunyai handphone. Sampai-sampai pernah terjadi hal demikian :

Hujan sedang turun dengan derasnya. Saya baru saja sampai di rumah, pulang dari kampus. Telpon berdering, teman kampus saya yang menelpon.

M : Tash, loe ada dimana ?
Tash : (Hallooo…..saya menerima telpon dari rumah kaann??) udah di rumah nih.
M : Udah nyampe rumah loe? Bu Ari bilang, paper kritik sastra kita, mesti diambil sekarang ke jurusan untuk perbaikan, besok soalnya dia udah cuti.
Tash : Haaaaa?!?!?!? Sekarang??? Ya udah, gue balik ke kampus lagi!!

Akhirnya, dari daerah Kebayoran Baru, kembalilah saya menuju Depok, dalam keadaan hujan deras. Tapi bahkan ketika hal itu terjadi pun, tetap saya tidak beranggapan sangat penting bagi saya, untuk mempunyai handphone.

Pada akhirnya saya membali handphone setelah saya bekerja. Dengan hasil jerih payah bekerja 2 bulan, dengan segala uang lembur, akhirnya saya mampu membelinya. Tapi setelah itu, saya bokek, sehingga harus bergantung pada kakak saya selama 1 bulan itu, sampai gajian lagi.
Hehehehhehe….

Well, intinya sih, sebenarnya kita membiasakan diri kita sendiri dengan ‘kebutuhan-kebutuhan’ ini. Pada saat kita belum memilikinya dulu, semua berjalan biasa saja. Dunia tetap berputar, kan?

Tuesday, August 26, 2008

In het Nederlands

Gisteren, heeft mijn vriendin aan mij gevraagd, “Kan je nog in het nederlands spreken?”
En ik zei “Ik denk van wel”

En nu? Ik ben niet meer zo zeker.

Het is al lang dat ik Nederlands verlaten. Al te lang.
Mijn vriedin vroeg, “wil je niet een baantje dat een relatie met jouw studie achtergrond heeft?
Ik dacht, nu ik weet niet als het nog belangrijk of niet. Wat belangrijk is dat ik een baan heeft. Het is alsof ik geen principe heeft, is het?

Eigenlijk, mis ik het nederlands. Vroeger, kon ik zo’n lange letter aan mijn vriedin geschreven. Ik kon alles in het nederlands vertellen. Alles.

Nu? Kan ik het nog doen?
Voor zo’n korte stuk, moet ik in een paar minuutje denken.
Is mijn spelling nog correct? Is mijn wordvolgorde nog correct? Is mijn grammatica nog correct?

Ik moet meer oefenen *sigh*

Thursday, August 21, 2008

Cuma asem dikit kok!

We’re deseperate!

Betul, kami sangat ‘desperate’ kalau menyangkut soal makanan. Makanan di tempat kami ini, selain tidak ada rasa—sebenarnya lebih sering ke arah tidak enak. Menunya juga membosankan. Entah kenapa, koki disini sepertinya suka sekali dengan bumbu kari India. Ayam dengan bumbu kari, ikan dengan bumbu kari, daging dengan bumbu kari. Katanya nasi goreng, tapi baunya bau kari,
huueekkk….!!!

No offense to you all Indian food lovers out there. Tapi kalo seminggu bisa 3 kali, kaya begini, selama 4 bulan berturut-turut, kan, bosan juga?!?!?!?

Akhirnya, kalau ada orang yang datang dari Jakarta, mereka pasti akan dititipin makanan. Rendang, sambal ijo, sambal merah, sambal apalah yang penting sambal dan enak. Kering tempe, kering kentang, kering teri, semua kering-keringan yang bisa bertahan selama beberapa minggu, dll, dst, dsb, dkk. Karena rasa ‘desperate’ ini jugalah, selama itu makanan impor dari luar Papua, biar udah lewat 1 atau 2 hari, walaupun udah asem-asem dikit, selama masih bisa dimakan. Pasti akan habis juga ‘dibabat.’
Hehhehee….

Seperti pernah, ketika ada seseorang yang membawa pempek, menurut dugaan, pempek itu, sepertinya sudah berumur lebih dari 2 hari. Tapi emang dasar, karena disini, pempek itu masuk kategori extinction, biar udah rada asem, ‘hajar’ aja! Yang terjadi saat itu, kurang lebih seperti ini.

A : “Mbak, kok pempeknya rada asem ya?”
B : “Iya, ya…, udah tambahin kecap aja, biar asemnya gak terasa,”
A : “Oh iya, bener juga ya, mbak.”

Atau di saat yang lain….

T : “Nai, loe kesini Nai, ada bakpia nih.

Nai : “Mana bakpianya, mbak ?”
T : “Ini, ada disini, ” sambil menunjuk sebuah kotak berisi bakpia. “Tapi loe ambil yang sebelah ujung sini ya, yang sana, udah jamuran. Gak pa-pa kok, tadi kita udah makan satu. ”
Nai : Mengambil bakpia, sambil meneliti dengan seksama, jangan-jangan udah jamuran juga.

Masih soal bakpia.

Nai : “Mbak, ada bakpia nih, mau gak?”
T : “Nai, kayanya bakpianya udah gak bagus deh, nih, liatin, dalemnya udah agak basah kan ? ”
Nai : “Masa sih mbak ? tadi aku makan satu kayanya biasa-biasa aja,
Masih penasaran jadinya nyari korban lain….
Nai : “Wil, loe mau bakpia ga ? katanya mbak Tati sih, udah gak bagus, soalnya dalemnya mulai basah. Tapi gue udah makan satu, kayanya baik-baik aja….
Wil : mengambil satu dan mulai menggigitnya, “ kayanya emang udah rada asem sih…” tapi tetap memakannya sampai habis..
Nai : “Masa sih ? Ya udah, lah, gak akan mati juga kan ? ”

Atau…

E : “Nai, loe buruan kemari, si Tony bawa J-co. ”
Nai : “He ? Tony kan, datengnya udah dari 2 hari yang lalu, mbak ? Dapet J-co darimana ? ”
E : “Si Tony tuh, emang dasar merki, punya makanan disimpen sendiri, udah tau juga, orang disini kesusahan. Itu donat, disimpen ama dia di kamar! Gue udah makan satu, agak asem dikit sih, tapi
gak pa-pa kok. Tuh, buruan loe ambil satu. ”
Nai : “I…ya, makasih ya mbak. ” Sambil memilih sebuah donat yang kira2 belum asem.


Memang sih, keadaan tidak selalu seperti itu. Tapi kalau sudah ada makanan impor dari Jakarta. Biarpun udah penyek atau hancur, pasti tetap akan diserbu…,
ehehehehhe.
Kalau sudah menyangkut pantas atau tidaknya sebuah makanan-makanan serupa untuk disantap, biasanya akan keluar perkataan seperti ini.

“Makan makanan terlalu bersih juga, gak baik untuk perut. Lagian gak akan mati kan? Palingan juga sakit perut bentar. Abis itu juga sembuh….”

Hehehhehe….parah…

Tuesday, August 12, 2008

Pancasila

Kalau saja ada yang bertanya, “Siapa yang masih ingat Sila-sila Pancasila?”
Serta merta saya akan menjawab, “Saya…….tidak….”
Hehhehehe…..

Iya, saya jujur. Saya sudah lupa Pancasila itu isinya apa saja. Okelah, mungkin sila pertama saya masih ingat. Ehm…, sebenarnya untuk mengingatnyapun, saya harus membayangkan kondisi ketika sedang berupacara di sekolah dulu. Ketika si pembaca pancasila maju kedepan, lalu ia mulai membaca isinya, dan seantero peserta upacara akan mengikuti. Sudah sekitar 7 – 8 tahun, sejak saya mengikuti upacara bendera.

Hal ini saya ingat, karena ketika sedang makan malam dengan dua orang teman saya beberapa hari yang lalu, tiba-tiba mereka bertanya, “Nai, loe masih ingat sila ke-empat ga?” Saya hanya cengengesan, butuh beberapa menit, untuk saya mengingat kembali, dan mengucapkannya dengan benar. Ternyata mereka berdua telah bertanya pada beberapa orang, tentang pancasila ini, dan ternyata kebanyakan justru lupa isi sila ke-4, sementara saya kebalikannya. Akhirnya kami memutuskan bahwa jalan yang terbaik adalah…..CARI DI INTERNET!

Jadi demi menghormati Pancasila, saya berikan lambang Negara kita, beserta Sila-sila Pancasila.

Pancasila :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia



P.S : kalo diliat-liat, sebenarnya lambang negara kita, keren juga ya….

Saturday, July 26, 2008

The Spider Conspiracy

Ketika kukecil, setiap siang, ibuku akan menyuruh aku dan kakak-kakakku serta adikku untuk tidur siang. Tapi emang dasar anak-anak, disuruh tidur siang susah, tapi begitu malam tiba baru jam 8, mata udah merem-melek, menahan kantuk, gara-gara masih ingin menonton film kesukaan. Akhirnya, karena tidak tidur siang, besoknya jadi mengantuk di sekolah, dan tertidur di belakang kelas, pada saat jam pelajaran agama, sampai akhirnya dibangunkan sama sang guru agama (ehheheheh…..jadi teringat…, abisan sih, gurunya udah tua, en ngajarnya kaya ngedongeng, gimana gak ketiduran???)

Anyways,

Selain selalu menyuruh kami untuk tidur siang, ibuku juga tidak suka melihat anak-anaknya ini, keseringan jajan. (Tapi itu tidak pernah mencegah kami..., sorry ma!).
Akhirnya untuk menyiasati semua ini, aku dan kakak-kakakku—adikku masih terlalu bodoh untuk mengerti—akan bekerja sama, demi mendapatkan kepuasan bersama, ehhehehehe, (senyuman licik muncul di wajah).

Setiap siang, selain menyuruh kami untuk tidur siang, ibuku akan tidur juga. Pada kesempatan emas itulah, kami mulai menjalankan rencana gemilang kami. (lagu film Mission Impossible mulai terdengar sebagai latar belakang)

Jadi, di rumah kami yang dulu itu, untuk mencapai ruang tamu, dari ruang makan, kami harus melewati sebuah gang kecil yang lebarnya sekitar 1 – 1,5m. Tepat di sebelah tembok itu, terletak kamar ibuku. Dan ada sebuah jendela kecil—bisa dibilang seperti lubang udara—yang terletak tinggi diatas hampir mencapai plafon rumah.

Aku pada saat itu—hanya pada saat itu, sekarang sudah tidak lagi—mempunyai sebuah kemampuan yang sangat hebat, dan menguntungkan bagi kami semua. Yang kumaksud dengan kemampuan hebat adalah, aku bisa memanjat—atau merayap—menaiki tembok, untuk mengintip melalui jendela yang tinggi dan terhubung langsung dengan kamar ibuku, untuk melihat keadaan. (Maksudnya untuk melihat apakah ibuku masih tidur atau tidak).


Jika keadaan aman, maka kakakku akan melakukan misi yang kedua, Ia akan merayap keluar—karena jendela yang satu lagi di kamar ibuku, lebarnya hampir setengah badan, dan menghadap ke jalan yang menuju pagar, sehingga siapapun yang keluar masuk, bisa terlihat dari dalam.—untuk jajan ke warung.


Ia akan berlari secepat mungkin ke warung yang hanya berjarak 2 rumah, dari rumah kami, lalu kembali ke rumah, tidak lupa untuk merayap, jika melewati jendela kamar ibuku. Tentunya, ketika ia kembali, kami akan membagi hasil ‘jerih payah’ kami ehhehhehe….


Dan tentunya, Ibuku masih tertidur, ketika kami selesai melakukan semua itu.
MISSION ACCOMPLISH!!! (Lagu Mission Impossible, mulai terdengar kembali sebagai latar belakang.


Jadi teringat masa-masa bodoh sewaktu kecil dulu. Kapan-kapan kalau teringat, aku akan menceritakannya lagi.

Wednesday, July 9, 2008

Ambil apa? Oohhh….

Tiba-tiba aku teringat saat lulus SMA dulu, ketika aku harus mengikuti UMPTN. Ujian yang—ceritanya—sangat penting bagi masa depan…, ehhehhehehe….

Ketika itu aku cukup beruntung untuk lulus UMPTN. Tentunya orang tuaku—sama seperti kebanyakan orang tua lainnya—bangga dengan kelulusan anaknya ini. Jadi ketika bertemu dengan kenalan-kenalannya, mereka akan dengan bangga memberitakan kelulusanku.

And the story goes….

Aku ingat sekali pada teman-teman ibuku--yang kebanyakan adalah tante-tante--ketika diberitahu aku lulus UMPTN, biasanya mereka akan bertanya langsung padaku, “Katanya mama, kamu lulus UMPTN, sayang?”

==intermezzo==

Jangan pikir si tante ini memanggilku sayang, karena ia mengenalku dengan dekat. Justru kebalikannya, aku berani bertaruh bahwa ia tidak ingat namaku, sehingga, lebih baik baginya untuk memanggil ‘sayang’. Dengan begitu terkesan bahwa ia sudah akrab. Padahal mungkin ada banyak anak-anak lainnya yang dipanggil dengan sapaan yang sama. Aku menyebut tante-tante sejenis, Tante-tante SKSD alias Tante-tante Sok Kenal Sok Deket.

===========

“Iya, tante”
Oh, ya?” dengan nada antusias, “diterima dimana?”
“Di UI, tante”
Wah, bagus ya…, ngambil apa?” nada makin tinggi karena antusias
Ngambil sastra, tante”
Ooh…,” nada bicara mulai merendah, “sastra apa? Inggris ya?”
“Bukan tante, sastra belanda”
Ooh…,” nada bicara semakin merendah, “kenapa enggak ambil ekonomi atau hukum aja?”

BRAAAKKKK….!!! Tante itu terjatuh di lantai karena kupukul.
(Jangan dipercaya, kalimat ini murni hasil imajinasiku saja, berharap saat itu, inilah yang aku lakukan)

enggak suka, tante” kataku sambil tersenyum, tapi di dalam hati ingin me-lakban mulutnya.
ooh…, iya sih, kalau emang enggak suka, gak bisa dipaksa ya…,” sambil tersenyum kasihan melihatku, seakan-akan aku sudah memilih pilihan yang salah, dan sekarang aku sedang berjalan menuju jurang kehancuran….

Saat itu sering sekali aku mengalami hal sejenis. Padahal orang tuaku saja tidak masalah kemana aku akan melanjutkan studiku. Sial…, ingin rasanya aku menjahit mulut mereka.

Tapi terlepas dari apapun pendapat mereka, kuliah di sastra belanda UI, bisa dibilang adalah 4 tahun terbaik yang pernah aku alami....


Iya, gak, P? Ehehhehe….

Saturday, July 5, 2008

Perjalanan Pagi Hari yang Menyenangkan di Hari Minggu

Hari ini, hari minggu….

Aku sedang bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Seperti yang sudah pernah aku ceritakan (eh, sudah pernah belum ya?), disini, di tempat ini, tidak ada bedanya antara hari sabtu, minggu, hari libur, dan hari-hari biasa lainnya. Kami bekerja. Bisa dibilang, tiap hari kami bekerja.

Jadi, aku sudah siap untuk berangkat. Aku keluar dari camp-ku, dan berjalan pelan-pelan, menuju bukit yang harus ‘kudaki’ tiap harinya untuk sampai di kantor. Aku berjalan sendirian, sambil mendengarkan lagu dari mp3 player kesayanganku. Ketika melewati pos security, aku tersenyum kepada sang penjaga, dan melanjutkan perjalananku.

Bukit yang kudaki sudah terlihat di depan. Dengan sepatu boots-ku yang berat, aku perlahan-lahan berjalan mendaki bukit itu. Tidak ada apapun yang terlihat di depanku, hanya bukit menjulang, yang sepertinya tidak ada ujungnya.

Pernahkan kalian mendengar sebuah perkataan, “in the end of a rainbow, there’s a bucket of golden coins.” Tapi mungkin juga kalimat ini ada di sebuah film yang pernah aku tonton dulu, aku tidak ingat. Tapi itulah yang kurasakan. I mean, sangat menyenangkan, ketika anda berjalan mendaki bukit, dan ketika hampir sampai di ujung, apa yang ada di balik bukit itu, mulai terlihat perlahan-lahan.






Ketika kita sampai di atas bukit, Tank-1 dan Tank-2 yang megah mulai terlihat. Train-1 terlihat sekilas di sebelah kiri. Tapi ketika kita berjalan menuruni bukit itu, semuanya hilang kembali. Hanya jalan setapak yang panjang yang nampak di depanku. Aku merasa seperti Dorothy, dari “Wizard of Oz” yang harus berjalan mengikuti "The Yellow Brick Road". Semua pemandangan yang tadi nampak, seperti mengintip dari balik semak-semak dan pepohonan. Aku terus berjalan mengikuti jalan setapak itu.




Aku hampir tiba, tempat tujuanku sudah semakin dekat. Semak belukar dan pepohonan yang lebat sudah kulewati, yang ada sekarang, hanyalah tanah yang luas dan lapang, dan hutan lebat yang terlihat di ujung sana. Ketika aku melihat ke sebelah kiriku, aku melihat bukit dan hutan, yang sangat ingin aku kunjungi suatu saat nanti.




Dan, ketika aku melihat ke sebelah kanan, aku melihat segala hasil kerja dari proyek yang sedang kami kerjakan ini. Semuanya terlihat begitu indah. Karena ketika aku datang dulu, yang terlihat hanyalah tiang-tiang pancang dimana-mana. Betapa cepat waktu berlalu.



Akhirnya aku tiba. Aku kembali ke kantorku untuk bekerja. Memang tidak menyenangkan bekerja di hari minggu, tapi hari ini aku tidak memikirkan itu. Aku hanya memikirkan betapa aku sangat menikmati perjalananku. Perjalanan pagi hari yang sangat menyenangkan di hari minggu.




ps: maaf kalau foto pertama agak kabur diujungnya, itu jariku...ehehehehe....

Friday, June 20, 2008

Tiga Jurus (yang katanya) Jitu Menghilangkan Bintitan

Anda pernah merasakan sakit bintitan? Rasanya tidak enak sekali bukan? Okelah, mungkin bukan sakitnya yang mengganggu, tapi justru akibat yang ditimbulkan terhadap tampilan wajah kita. Akan ada sebuah benjolan di kelopak atau bagian bawah mata kita. Benjolannya berwarna sedikit kemerahan, dan mata kita, tidak akan bisa terbuka sempurna, hingga akhirnya menjadi tidak simetris antara yang kiri dan kanan.

Tapi bukan itu saja derita yang harus kita rasakan. Derita lainnya adalah, anggapan orang terhadap apa yang telah kita lakukan kalau sampai bisa bintitat. Biasanya mereka akan berkata “makanya, lain kali jangan dudukin bantal,” atau “Iiih, abis ngintipin orang mandi,ya?” Komentar kedua inilah yang paling sering terdengar. Walapun saya tidak bisa menemukan alasan logis, apa hubungannya antara dudukin bantal, ngintipin orang mandi, en bintitan?

But anyways, akhirnya setelah berkelana menyebrangi jalan, mendaki bukit, dan mengelilingi kantor, (ini sebenarnya sih, rute saya ke kantor tiap pagi) Saya akhirnya menemukan 3 jurus--yang katanya--jitu, untuk menghilangkan bintitan. Mari kita mulai.

Jurus pertama! - The Flying Rice-

Untuk jurus pertama ini, bahan yang diperlukan sangat mudah didapatkan. Anda cukup pergi ke dapur, dan mencari satu butir (betul saudara-saudara sekalian, hanya 1 butir!) nasi. Jika ternyata di rumah sedang tidak ada yang memasak, anda bisa pergi ke warteg terdekat dan mencari remah-remah nasi disana (eehehehe…).
Baiklah, dengan bekal 1 butir nasi yang sudah anda peroleh, oleskan secara perlahan-lahan di bagian mata anda yang bintitan. Sesudahnya, bawalah nasi itu keluar dari rumah, atau tenda, atau goa, dimanapun anda tinggal, dan buanglah nasi itu ke jalan. Katanya, nasi yang sudah dioles-oleskan ke mata kita itu, akan membawa bintitan dari mata kita, sehingga, ketika kita membuangnya ke jalan, bintitan kita pun, akan ikut ‘terbuang’.

Jurus Kedua!! – The Urine Splash –

Oke, mungkin begitu anda membaca judulnya akan merasa jijik. Mungkin anda akan berpikir “Urine? Iihh….pliisss deehhh!” Tapi jurus ini sudah saya dengar beberapa kali dari beberapa orang yang berbeda juga. So I suppose there is such thing???

Tentunya anda tidak perlu menebak-nebak lagi, ‘bahan’ apa yang diperlukan untuk jurus kedua ini. Dari judulnya pun, sudah terlihat jelas. (Apa? Belum terlihat juga? Coba cari kaca pembesar!) Katanya, yang terbaik adalah untuk menggunakan urine pada pagi hari ketika anda bangun pagi. Tapii…jangan gunakan urine yang pertama keluar, karena—katanya—disitulah letak kotoran yang keluar dari tubuh kita. Pakailah urine sesudahnya, dan basuhkan di mata anda. Cara ini juga, dikatakan, juga dapat menyembuhkan. Oh ya, disarankan untuk memakai urine sendiri. Jangan sampai anda dikatakan sebagai seorang pervert atau exhibisionist, karena kerjaannya nongkrong di kamar mandi, demi mendapatkan ‘kepunyaan’ orang lain (heuuheuhehee…)

Jurus Ketiga!!! – The Incantation –

Kata incatation sedikit mengingatkan kita pada “Harry Potter” bukan? Tapi saya bukannya meminta anda untuk meletakkan buku “Harry Potter” yang tebalnya sepuluh centi itu, diatas mata anda, dengan harapan agar bintitannya cepat kempes…, tidak. Ada suatu cara lain yang akan saya jelaskan.

Konon katanya, dibandingkan dengan dua jurus pertama yang sudah saya jabarkan. Jurus inilah yang paling ampuh, karena jurus ini melibatkan pemakaiannya mantera didalamnya (angin tiba-tiba berhembus, bagaikan film-film horror yang diputar di tivi, jika keadaan menegangkan). Sebelum kita dapat menggunakan mantranya, ada beberapa hal yang terlebih dahulu harus dilakukan (sama aja kaya dukun, yang supaya mantranya berhasil, harus dikasih duit dulu). Yang harus kita lakukan adalah, ambilah upil (iya, upil) kita sendiri, (lebih baik jangan menggunakan punya orang lain), dan tempelkan di bagian bintitan mata kita. Ketika upil itu sudah menempel di mata, mulailah mengucapkan mantera berikut….

(Angin tiba-tiba bertiup kencang, daun-daun berterbangan, dari kejauhan terlihat seorang kakek, yang sedang duduk diatas sebuah batu, mulutnya komat-kamit sepertinya sedang mengucapkan mantera)

Semar gawe gunung ketiban ghada Ambyar…byarbyar!!!

Itulah bunyi mantera yang harus diucapkan. Dalam waktu singkat—katanya—bintitan anda akan segera hilang.

Penulis serius dengan semua jurus jitu ini, ini adalah kumpulan hasil wawancara dari berbagai sumber, mengenai cara untuk menghilangkan bintitan. Jurus-jurus ini—sepertinya—sudah pernah digunakan oleh mereka yang diwawancara, karena penulis tidak ‘tega’ untuk mencobanya sendiri. Berapa lama waktu rata-rata yang diperlukan, penulis tidak tahu dengan jelas, but you really should try it yourself, and get back to me when you got the result. HEHEHEHEHHE……

Selamat Mencoba!!!

Sunday, June 15, 2008

Loket IT

Ketika aku ‘bermain’ ke ruang IT beberapa hari yang lalu, suatu hal menarik perhatianku. Ruang IT, sekarang, tidak lagi bisa dimasuki ‘orang sembarangan’. Maksud dari kata-kataku ini adalah, sepertinya management, melihat bahwa kami-kami yang masuk ke dalam ruang IT, (baca: aku dan teman-temanku) datang bukan karena masalah pekerjaan, tapi lebih ke hal-hal lainnya. (Baiklah, aku akan mengakui persentase aku datang ke ruang IT untuk masalah pekerjaan, mungkin hanya 20%, ehhehehehe….)
Ruang IT adalah ‘tempat santai’ kami. Jika aku mengantuk, aku akan datang ke ruang IT, duduk di lantai di pojok ruangan, dan menutup mata sebentar. Jika sedang mengantuk juga, tapi kepengen iseng, aku akan ke ruang IT, menganggu teman-temanku, mencuri makanan mereka, menggunakan komputer mereka yang bebas blockingan untuk kesenangan pribadi saat jam kerja…(HAHAHHAHAHA!!!) dan banyak hal-hal lainnya. Aku tekankan ya. Bukan hanya aku sendiri yang menganggap ruang IT adalah ‘ruang santai.’
Okelah, memang terlepas dari anggapan kami mengenai ruang IT adalah ruang santai, sebenarnya justru sebaliknya. Orang-orang akan lalu-lalang, mondar-mandir, bolak-balik, berkunjung untuk mengajukan keluhan mereka seputar masalah IT. Walaupun pada akhirnya banyak juga masalah non IT yang diajukan, atau masalah IT, tapi diajukan pada saat yang tidak tepat, hingga membuat kesal.

Contoh 1 :

Mr. X : Excuse me…(datang saat jam istirahat ke ruang IT)
Anak IT 1 : Yes? (mata tidak lepas dari layar komputer)
Mr. X :
I need a LAN cable
Anak IT 1 : What for? (mata masih di layar komputer)
Mr. X :
for the internet connection in my room
Anak IT 1 : where is your room? (belum copot juga tuh mata dari layar)
Mr. X : S4
bla…bla…bla…
Anak IT 1 : (melihat sekilas ke peta kamar) You don’t have any internet connection, you don’t need a cable (kembali melihat ke arah komputer)
Mr. X : (diam……..) oooh, oke (baru sadar, akhirnya pergi, kebingungan)

Contoh 2 :
Mr. A : Haloo
Anak IT 2 : Yes? (mata di layar komputer, udah kebiasaan anak IT gak ngeliatin orang yang datang)
Mr. A :
Can you help me? my cellphone doesn't work.
Anak IT 2 : (melotot ampe matanya mau keluar kearah Mr. A)


Contoh 3 :
Ms. C : (masuk ke ruang IT) loe lagi sibuk ga?
Anak IT 3 : Nape? (masih bertanya padahal inbox emailnya masih merah semua belum ada yang dibaca en dikerjain)
Ms. C :
Gue lagi bete nih, ama cowo gue…
Anak IT 3 : Sama nih, cewe gue juga lagi ngebete-in (melepaskan pandangan dari layar komputer, en akhirnya malah jadi curhat-curhatan)

Oke, mungkin sekarang bisa dimengerti kenapa ruang IT akhirnya diberi pembatas, dan dibuat seperti loket. Bahkan, sekarang, jika kita ingin meminta sesuatu, kita harus menuliskannya di “IT Troubleshoot Table” yang ada di ‘meja loket IT’. Kaya orang kondangan kan? Yang harus mengisi buku tamu segala.
Eiitsss…, tapi jangan salah! Bukan berarti IT yang menjadi terbatas seperti itu, mengurangi intensitas kami, untuk mengganggu mereka. Contohnya, lihat saja gambar dibawah ini. Ditengah-tengah permintaan orang banyak untuk memperbaiki masalah komputer mereka, kami masih menemukan cara untuk mengganggu mereka. Cukup kreatif bukan? Jadi, jika kita tidak bisa masuk, kita tarik mereka keluar.
Seperti kata pepatah…, ada banyak jalan ke roma…HAHAHAHAH!!!




ps:
siapa tau ada yang gak bisa baca
no. 6 "kasihan, tengok aja"
no. 7 "Hi, apa kabar?"
no. 9 "Huh, anak IT ditantangin ama pentul!"

Friday, June 6, 2008

Pergi....

Membosankan….

Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di dalam kepalaku.
Bagaimana tidak? Hanya 2 hari sebelum hari kepulanganku ke ‘penjara’ ini, aku diberitahu bahwa 2 orang teman wanita di section ku, akan mengundurkan diri. Karenanya pengganti mereka akan segera didatangkan.

Sompret! Itu adalah kata pertama yang aku pikirkan, ketika aku mendengar berita itu langsung dari bos ku. Mereka kan, datang setelah aku? Seharusnya mereka pulang setelah aku juga?! Tapi kenyataan berbicara lain.

Ternyata, ketika aku sampai disini, aku mendapat berita yang lebih mengejutkan lagi. Dalam 2 bulan kedepan ini, akan ada 7 orang wanita yang pergi. SIAAAALLLL!!! Dalam 2 bulan, aku akan kehilangan 7 orang teman. Huuhhh…, keadaan yang sangat tidak baik, untuk memulai 4 bulanku disini.

Beberapa orang teman baikku, dari section tetangga, juga, sudah mulai menggodaku.

Fadhil: Nay, loe kapan demob, Nay? Gue akhir bulan ini, dong….
Keisar: Iya, Dil, di Jakarta bulan agustus ada film apa yang bagus, ya?

Kurang ajar mereka. Fadhil akan kembali akhir bulan ini, Keisar akan kembali akhir bulan depan.

Bagaimana ini….begitu banyak teman-temanku yang akan pergi….hiks…, hiks…, hiks….

Mungkin sudah saatnya bagiku untuk pergi juga?

Wednesday, May 21, 2008

Dingin en Celana Pendek Tank Top Bodoh

Akhirnya aku berada di Jakarta.

Setelah 4 bulan 2 minggu bekerja membanting tulang di Papua (menurut temanku memang hanya tulang yang bisa kubanting, secaraa..badan ini udah kaya tulang semua....) dan melalui perjalanan yang panjang untuk bisa kembali ke Jakarta (soal ini, akan aku ceritakan secara terpisah) aku bisa kembali ke peradaban. Iya..., iya..., yang aku maksud peradaban itu Jakarta, walaupun dalam hati sepertinya Jakarta makin tidak beradab saja....

Seperti biasa..., setelah sekian lama aku 'terpenjara' di Papua sana, aku berusaha mengejar 'ketertinggalan'ku. Entah berapa banyak mall, restaurant, bioskop, yang sudah aku kunjungi, bukan cuma sekali bahkan..., tapi beberapa kali, hehehehe....

Karena terlalu sering mengunjungi tempat-tempat 'gaul' itu..., aku jadi tersadar akan mode yang sedang 'in' di Jakarta. Oke lah, aku memang bukan seorang pengamat/pakar mode. Aku bahkan akan mengakui dengan terus terang, bahwa aku sangat buruk dalam hal mode. Kalau saja, datang ke resepsi perkawinan dengan mengenakan celana jeans, kaos oblong, dan sepatu kets, diperbolehkan atau at least aku tidak akan diteriaki oleh ibuku untuk berganti baju, aku akan dengan senang hati mengenakannya.

Anyways, back to main topic, mode di Jakarta.
Aku sering melihat bahwa, banyak sekali wanita-wanita, entah ABG atau mereka-mereka yang merasa masih ABG, mengenakan celana pendek (yang super pendek) dan tank top atau u can see (aku sebenarnya akan lebih setuju, jika namanya diganti menjadi everybody can see, cause thats the truth, the whole truth, and nothing but the truth, so help you God).

Aku sempat berbincang-bincang dengan teman-temanku mengenai masalah ini, aku bertanya pada mereka, apa mode berikutnya adalah tidak mengenakan celana sama sekali? okelah, "less is more" but..., I mean...,come on!!!!
Temanku berkomenter bahwa, jika ia mempunyai anak, ia tidak akan membiarkan mereka keluar rumah hanya mengenakan celana--super--pendek, dan tank top (kenapa sih, dibilang tank top? should there be any tank on your top???), kecuali mereka ingin pergi ke pantai. Okay, that makes sense.

Tapi lagi, aku rasa semua orang-orang ini berbagi kebodohan yang sama. (Maaf ya, but I truly think this as a stupidity) Jalan-jalan pake celana--super--pendek, tank top, tapi terus pake syal atau scarf, atau apalah itu namanya, menutupi pundak, karena kedinginan....
COME ON!!! Kalau memang dingin, ya..., janganlah pake celana en baju punya adeknya yang masih TK gitu, pakelah celana panjang. Masih kedinginan juga? pake lengan panjang. Belum hanget juga? Pake kaos kaki. Mode sih, mode..., tapi ya....
I mean, jangan juga demi mode, tapi begitu nyampe rumah minta ama bibi untuk dikerokin. Akibatnya selama 1 minggu lebih gak bisa pake tank top lagi, secara bekas kerokannya masih kentara....

Jakarta..., Jakarta..., pusing ngeliat orang-orangnya....

Saturday, May 10, 2008

Aduuuhhh Sibuukkkk!!!

Sial! Sudah berapa hari, aku absen menulis.

Aku sibukkkk….

Kesibukanku dimulai sejak pertengahan bulan April, karena teman sekerjaku mengambil his well deserve home leave. Tapi bukan itu saja…, seorang teman yang sangat ‘mencintaiku’ akan mengambil cuti juga, dan dia dengan senang hati menyerahkan her secretarial job to me. Sampai-sampai terjadi perbincangan tingkat manager bahwa aku akan ‘dipinjamkan’ ke section instrument sementara temanku itu mengambil her so not deserve leave (hehehehe…aku mengatakan ini tentunya karena aku tidak rela mendapatkan hand-overan-nya)
Akhirnya, instead of mengerjakan tugas 2 orang. Aku mengerjakan tugas untuk 3 orang. Yes…yes…, I know I am a super woman (ingat! Aku sedang mencoba untuk kembali menekankan salah satu motto hebatku. Siapa yang akan memuji diri kita sendiri kalau bukan kita?)
Akhirnya (lagi!) setiap hari aku akan terbirit-birit. Datang ke kantor jam 7.05 (hehehe….aku memang selalu terlambat….) menyalakan komputerku – menyalakan komputer milik temanku yang terletak di ujung kantor – memeriksa emailku – menyortir dokumen yang masuk – lari ke komputer temanku – membuat report yang harus diserahkan dalam waktu setengah jam, kampret! – mendistribusikan report ke tiga section yang berbeda – kembali ke mejaku – distribusi incoming dokumen – membuat log dokumen keluar masuk – kembali ke meja temanku, memeriksa apakah ada dokumen yang harus dikerjakan, ternyata ada, sial! – kembali ke mejaku, mengerjakan email-email yang masuk – mendapat telpon dari bos temanku, ternyata ia memintaku kesana lagi untuk membantunya – kembali ke mejaku, ada dokumen yang harus diserahkan ke admin, yang terletak di ujung kantor juga – kembali ke mejaku, komputer bosku bermasalah – menelpon IT, tidak ada yang mengangkat telpon – berlari ke ruang IT, yg terletak dekat admin, ternyata mereka ada, hanya saja malas mengangkat telpon, Sial kuadrat!!! – kembali ke mejaku, ternyata ada email yang terlewat untuk kukerjakan, Aarrrggghhhhh!!!i
Kurang lebih begitu selama beberapa minggu belakangan ini. Alhasil, aku sama sekali tidak mempunyai waktu untuk menulis. Boro-boro bikin blog, buka internet aja gak sempetttt!!! Tapi tidak apa-apa, berhubung aku akan dapat menikmati peradaban dalam waktu hitungan hari….aku akan tetap (mencoba) bersemangat dalam melakukan pekerjaanku. AMIN!

Tuesday, April 29, 2008

Mainichi Ame

Hari ini, seperti beberapa hari sebelumnya, hujan lagi. Hujan deras mengguyur Papua. Suasana seperti ini, membuatku ingin masuk ke dalam kamar, mengunci pintu, membuat segelas susu coklat panas, memakai selimut yang tebal, dan nonton tv hingga tertidur. Pikiran itu terus menerus berputar-putar dalam kepalaku. Aku begitu tergoda untuk melakukannya. Tapi apa boleh buat, pekerjaan di mejaku masih menumpuk tinggi. Dokumen-dokumen di tray yang sudah menunggu untuk dikerjakan, email-email yang masuk harus dibalas, belum lagi mereka-mereka yang datang untuk menambah dokumen yang sudah menumpuk tinggi tidak beraturan, atau sekedar mencari informasi atau bahkan mencari apakah ada cemilan yang bisa dimakan.
Tapi hujan yang turun tidak perduli tentang pekerjaanku sudah menumpuk, atau tentang proyek ini yang harus mengejar target. Ia tidak perduli bahwa sudah beberapa hari ini ia terus mengguyur kami. Ia tidak memutuskan bahwa, mungkin sebaiknya ia beristirahat dan membiarkan sahabatnya sang matahari keluar untuk menyinari kami sebentar, sebelum ia dan pasukan awannya datang untuk bekerja lagi. Tapi sebenarnya semua hal itu tidak menggangguku, aku menyukai hujan. Aku menyukai duduk di pinggir jendela dan melihat keluar. Aku menyukai berdiri dan berdiam diri di depan pintu melihat rintik-rintik hujan yang jatuh. Hari ini, ketika hujan mulai turun aku berjalan ke pintu belakang kantor kami. Suara hujan yang jatuh di kantor kami yang hanya terbuat dari gabungan-gabungan container, membuat kami harus berbicara lebih keras terhadap satu sama lain. Dering telpon pun terdengar lebih kecil. Tapi aku hanya berdiri melihat hujan yang turun. Aku sengaja mengambil foto suasana saat itu.

Pohon-pohon di kejauhan tidak terlihat jelas karena hujan yang seperti badai, membuat kabut.


p.s: Mainichi ame adalah bahasa jepang yang artinya Setiap hari hujan.



Friday, April 18, 2008

A Droom

Kemarin malam saya bermimpi.

Saya bermimpi kembali ke kampus saya di depok, dan bertemu semua teman-teman kuliah saya.

I miss you all guys, really do miss you….


Enggak ada Sinyal!

Tinggal jauh dari keluarga (tinggal jauh dari manapun sebenarnya), adalah hal yang menyulitkan. Terutama ketika tempat tinggalmu itu, belum mempunyai akomodasi yang lengkap. Seperti di hutan tempat tinggalku ini, misalnya. Sinyal telpon itu, minta ampuunn deh, susah banget. Mulai dari pagi hingga sore, sinyal masih lumayan oke. Tapi, lewat dari itu. "Terlambat sudah……."(seperti sebuah lagu lama yang aku ingat)
Lucunya adalah sinyal yang susah ini, akhirnya malah sering bikin orang bertengkar. Seperti waktu itu ibuku menelpon, karena penerimaan disini susah, alhasil yang terdengar di Jakarta adalah “Telpon yang anda hubungi sedang tidak aktif.” Akhirnya ibuku langsung mengirim sms, mengomel tentang kenapa aku tidak menyalakan hp ku. Cape deehhh, jelas-jelas itu hape gak pernah dimatiin.
Tapi itu masih hubungan antara ibu dan anak. Yang paling berbahaya adalah ketika dengan suami istri, atau orang pacaran. Bayangkan ketika sedang terlibat pembicaraan penting, tiba-tiba hape mati, karena sinyal terputus. Akibatnya, ketika ditelpon ulang, si wanita/pria yang tidak mengerti kalau sinyal disini ‘kaya orang bego’, akan mengomel panjang lebar. “Kenapa telponnya dimatiin?”, “Kenapa aku telpon susah banget, sih?”, “Kamu sengaja gak nyalain telpon kamu, ya?”, “Kenapa telponnya gak diangkat-angkat? Kamu gak mau terima telpon aku, ya?” Halaaahhh, padahal sinyal disini emang susaaahhhh!!! Kalau yang dari Jakarta mungkin kedengarannya seperti, telpon dimatiin, sibuk, gak diangkat, enggak aktif, padahal kita yang disini mah, boro-boro, telpon masuk aja enggak ada?!
Jadi kalau misalkan anda mencoba untuk menelpon saya, lalu terjadi kasus-kasus seperti yang sudah disebutkan diatas…, mohon dimengerti ya. Walapun sebenarnya aku bisa berkelit bahwa tidak pernah ada telpon masuk karena sinyal susah, walapun sebenarnya aku tidak mau mengangkat telpon, hehehehhe….

Friday, April 11, 2008

Hail to Tofan!

Seorang temanku, membuat sepenggal komik ini, khusus untukku. Baiklah, aku ralat. Dia membuatnya khusus untuk mengejekku, he…he…he….
Rupanya dia mempunyai bakat terpendam (mungkin bakat musiman lebih tepat kali, ya) yang kami semua tidak ketahui. Bakatnya ini, hanya muncul setiap 2 bulan sekali selama 3 minggu. Kenapa? Karena pada saat itu, bos-nya yang terkenal sewot, sedang mengambil cuti. Jadi, waktu yang seharusnya ia gunakan untuk bekerja, dapat ia sisihkan sedikit (baca: banyak) untuk membuat komik-komik sejenis.
(Yo’e enggak, Fan?)

Komik ini bercerita mengenai, perjalananku dari rumah ke kampus dengan bis kota Lebak Bulus – Depok, Deborah, yang ketenarannya sudah tersebar kemana-mana. Sekali anda naik bis ini, anda akan tahu bagaimana cara mengisi sebuah tempat/ruang yang kecil, dengan orang yang banyak!

Baiklah…, aku persembahkan One of Tofan’s Masterpiece…, a comic about…me!



p.s: kok gambarnya kecil ya? aku yang gaptek ini, tidak tahu bagaimana caranya untuk membuat gambar diatas jadi lebih besar. Kalau aku sudah tahu caranya, akan aku edit ulang. Untuk sementara ini...harus puas dengan ini dulu ya!

Thursday, April 10, 2008

Bersyukur, pak..., bersyukur....

Just to prove that men will never be satisfied.

Tokoh :

Aku – Bekerja di sebuah proyek LNG, perusahaan tempat bekerja adalah main contractor proyek ini. Lokasi proyek, Papua. Rotasi (baca: bisa pulang ke Jakarta) 4 bulan sekali. Jatah cuti 2 – 3 minggu.

Pak B – Bekerja di sebuah proyek LNG, perusahaan tempat bekerja adalah Client Company (baca: yang punya proyek. Main Contractor bekerja untuk Client). Rotasi 28 hari bekerja, 28 hari cuti.

Latar Tempat :
Papua, kantor Client.

Latar Waktu:
Selasa, 8 April 2008

Motif:
Berita yang menyebar bahwa jam kerja harian perusahaan Main Contractor, akan dipersingkat.

Tema : Ketidakpuasan.

Cerita:

Seperti biasa, aku mengantar dokumen untuk pak B, agar bisa didistribusikan secara internal di perusahaannya.
Tiba-tiba ia bertanya, “Tas, katanya jam kerja kamu bakal berkurang, ya?”
Oh, ya? Saya belum denger kabar apa-apa tuh, pak.”
Wah, berarti si D bo’ong, dong.”
Kok ngomongnya nuduh gitu ya? Pikirku dalam hati. “Ooh, maksud bapak itu kali, katanya nanti emang kita makan siangnya akan di kantin lagi,* terus jam istirahat kita dari 1 jam jadi 2 jam.”
Wah, kalian pulangnya jadi jam 5, dong.”**
Ooh, enggak pak, kita pulangnya tetep, jam 6, tapi istirahatnya jadi 2 jam. Tapi itu masih katanya, sih….”
“ Tapi kalian enak, ya, istirahatnya jadi 2 jam, bisa tidur siang dulu.”
Darahku mulai mendidih. Pak B tidak sadar kalau dirinya sedang berbicara dengan seseorang yang sudah 3 bulan belum keluar dari hutan penjara*** ini. Selain itu koneksi internet terbatas, sinyal telpon susah, tidak ada hiburan, dan masih banyak hal lainnya. Sementara Pak B, baru berada disini 2 minggu, dan dalam tempo 2 minggu lagi, dia sudah bisa pulang, sementara aku belum.
Yah…, tapi kita, kan, 4 bulan disini, pak.” Aku berusaha sok tenang. “Bapak, kan, cuman 28 hari. Kalau saya, sih, enggak perlu tidur siang, yang penting bisa dapet 28 hari kerja.”

Pak B Terdiam.

Skak.

Seorang teman Pak B menepuk-nepuk pundaknya dari belakang, sambil berkata, “tuh, bersyukur, pak…..bersyukur….”

Okay, aku mungkin memang ketus, but he asked for it!!! Udah sukur juga, tiap 28 hari bisa pulang!

Putnot:

* Di Proyek kami ini, untuk istirahat makan siang, makanan akan dibagikan dalam kotak, agar kami dapat memakannya di kantor. Cara ini dipakai karena, jika makan siang di kantin, banyak orang yang sering pulang ke kamar terlebih dahulu, untuk tidur siang. Akibatnya, banyak orang datang terlambat selesai makan siang. Kalau soal kualitas makan siang, jangan ditanya. Akan ada suatu waktu khusus untuk membicarakan makan siangku.

** Jam kerja disini adalah mulai dari jam 7 pagi hingga jam 6 sore. 10 jam sehari
(diluar jam istirahat ya!)

*** Aku mengatakannya hutan penjara, karena memang itulah yang sebenarnya. Sekali masuk kesini, tidak ada jalan keluar. Tidak ada jalan darat untuk keluar dari tempat ini. Kecuali mau berenang, which is not recommended, secara, naik boat aja makan waktu 2 jam lebih.

Wednesday, April 9, 2008

Bos v.s Kepiting

Aku teringat beberapa tahun yang lalu, suatu ketika salah seorang bosku meminta bantuanku untuk mencari alamat sebuah restoran, yang kabarnya sangat terkenal. Salah satu kebiasaan bos-bos jepangku ini adalah, setiap akhir minggunya (hari jumat maksudku) beberapa dari mereka akan pergi ke sebuah restoran bersama-sama, untuk sekedar makan dan minum-minum. (Para jepang-jepang ini, mereka memang tidak bisa lepas dari minuman, paling mentok harus ada bir!) Kebiasaan mereka adalah, pada hari rabu, mereka akan memberikan nomor telpon sebuah restoran untukku, lalu akan akan mereservasi sebuah tempat untuk mereka makan-makan hari Jumatnya.

Tapi tugas ‘reservasi’ yang harus aku buat kali ini, lebih sulit dari yang biasanya. Karena ketika ia memintaku untuk mereservasi, ia tidak memberikanku nomor telpon apapun, hanya nama restorannya “Saung Greenville”, sebuah peta, dan pesan bahwa ia ingin makan di restoran ini, karena seorang temannya telah memberikan rekomendasi yang sangat baik. (Saat itu, ingin aku mencekik teman bos-ku yang memberikan rekomendasi ini. Niat gak sih, dia ngasih taunya?!)

Tapi (lagi-lagi) sialnya, bos-ku juga tidak mempunyai petunjuk yang jelas. Ia hanya mengatakan bahwa, mantan presiden Megawati pernah makan disana (yeah…dia juga pernah makan di seribu restoran lainnya), jalan masuknya bisa dari taman anggrek, dan kepitingnya sangat terkenal. What a way, to give a clue…. Akhirnya dengan berbekal petunjuk itu, mulailah aku mencari. Aku mulai dengan mencari-cari di internet. Bukannya membantu, malah bikin tambah bingung, karena aku malah menemukan beratus-ratus restoran yang bernama depan saung, tapi tidak ada yang menunya kepiting. Sial!

Itu tidak berhasil, aku mulai menelpon orang-orang yang rumahnya ada disekitar daerah itu. Orang-orang yang aku telpon di kantor, tidak ada yang tau (masa rumahnya gak ada yang di daerah situ, sih?!) Tapi aku mendapat petunjuk untuk mencari mbak Tati, yang saat itu sudah pindah ke kantor Papua. Setelah berkonsultasi dengan mbak Tati, setelah beberapa kali telpon-telponan, email-emailan, akhirnya aku mendapatkan alamat restoran itu, lengkap dengan peta jalan masuk, dari 2 arah yang berbeda. Huh! Aku memang hebat! (hehehe….aku tidak mau melewatkan kesempatan untuk memuji diri sendiri dong! Salah satu motoku yang sangat hebat adalah, siapa yang akan memuji diri kita, kalau bukan kita sendiri?!)

Akhirnya aku serahkan hasil temuanku kepada bos-ku itu, bahkan dengan sedikit sok tau, aku pake acara menjelaskan jalan masuknya kepada supir bos-ku. Padahal, aku tidak tahu secuilpun tentang daerah yang aku bicarakan. (oke..oke…mungkin aku memang tidak sehebat itu, semuanya karena bantuan mbak Tati). Untuk menutup kesuksesan pencarianku, aku berpesan kepada bos-ku, “N san, don’t forget to bring me some crab also, ya!” Malam itu, rombongan bos-ku pun, berangkat. Dalam hati, semoga supirnya cukup pintar untuk bisa menemukan restoran itu.

Hari itu, hari jumat. Pada hari senin pagi, ketika aku berangkat ke kantor. Aku tahu bahwa mereka pasti menemukan restorannya. Karena jika tidak, dia pasti sudah menelponku malam itu juga, untuk bertanya. Ketika aku tiba di kantor, dari jauh aku sudah bisa melihat ada sesuatu yang diletakkan di layar komputerku. Semakin aku mendekat, ternyata ada beberapa lembar foto yang diletakkan di sana. Ketika aku duduk, bos ku, yang kebetulan duduk pas disampingku langsung menoleh, dan berkata, “ah, Natasha san, yesterday night, thank you ne, very delicious.”
“where is my crab?” Kataku sambil tersenyum dan menyodorkan tanganku kepadanya.
“There!” Katanya sambil menunjuk ke arah layar komputerku, lalu ia tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

Ketika aku mengambil foto yang ditunjuknya itu, TERNYATA!!! Ia telah memfoto kepiting yang kemarin malam ia makan. Bukan hanya 1 versi, tapi 2 versi saudara-saudara sekalian! Foto pertama adalah foto kepiting-kepiting itu, ketika masih terikat dengan manisnya, dan masih berada di dalam kotak es. Foto kedua adalah ketika kepiting-kepiting itu sudah tersaji dengan lezatnya diatas piring. Ia bahkan menyisipkan foto ketiga yang adalah foto udang goreng (menurut perkiraanku, udang goreng mentega). Sialan, omelku dalam hati, udah susah-susah itu restoran dicari, ternyata cuman ini balasannya.

Setelah cukup lama memandangi foto-foto yang lezat itu, aku kembali menoleh ke arahnya. Ia ternyata masih memandangiku, dengan senyum lebar di mukanya, sambil mengacungkan jempolnya. SIAAALLLL…..!!!

p.s:
1. Jangan pikir aku jadi membenci bos-ku gara-gara kejadian ini, ia tetap menjadi bos-ku yang paling ‘gaul’. Dan juga karena setelahnya ia sering mentraktirku dan teman-temanku makan. Mungkin kasihan padaku yang terus-terusan reservasi, tapi enggak pernah diajak.
2. foto-foto itu masih aku simpan, sampai sekarang, jika aku pulang ke Jakarta nanti, akan aku coba cari kembali…sebagai bukti!

BLOG

Hari ini, ketika aku sedang duduk termenung memandangi layar komputer, (Iya, aku akan mengakui bahwa aku sedang dalam keadaan termenung. Karena jam istirahatku baru saja selesai, dan aku baru saja terbangun dari tidur siang 20 menitku) sebuah email baru muncul. Ternyata email itu, adalah email forward-an yang isinya adalah blog seseorang.
Tiba-tiba terlintas dikepalaku. Ternyata blog itu sangat digemari ya? Blog, yang isinya adalah kumpulan atau penggalan-penggalan cerita tentang kehidupan ataupun pemikiran seseorang, adalah suatu hal yang sangat menarik! Kita sangat tertarik dengan kehidupan orang lain. Mau bukti? Gampang….tonton saja acara infotaiment, apalagi isinya kalo bukan soal kehidupan sang artis/aktor?
Ternyata kita sangat tertarik untuk mengintip apa yang terjadi di kehidupan orang lain, salah satu caranya adalah dengan membaca blog mereka. Tapi setelah kupikirkan lagi, istilah mengintip mungkin tidak tepat ya? Karena sebenarnya kita melihat dengan terang-terangan. Blog yang kita baca itu, bukannya kita baca secara diam-diam kan? Justru, para penulis blog, menulisnya agar bisa dibaca oleh orang lain! Kalau tidak mau dibaca orang lain, ya, janganlah tulis di sebuah website di internet, ketika orang lain, bahkan dari seluruh dunia bisa membacanya, selama mereka mengerti bahasa yang kita gunakan. Kalau tidak mau dibaca orang lain, simpan saja di my documents di harddisk komputer kita, gampang kan?
Akhirnya aku juga terikut arus, untuk membuat sebuah blog. Kenapa? Aku tidak tahu, yang aku tahu hanyalah, aku ingin menulis lagi. Aku harus mengisi waktuku dengan melakukan sesuatu. Tapi aku ini payah, setelah 1 tahun lebih setelah dirilisnya blog pertama dan keduaku, aku mandeg. Tidak pernah menulis apa-apa lagi. Beda dengan seorang temanku yang rajin sekali menulis blog, sampai-sampai perkara nyuci piring aja ditulis (yes….you know I’m talking about youu!!!)
Tapi apakah ada seseorang di luar sana yang cukup tertarik untuk melihat isi kehidupanku? Memang belum banyak yang aku pajang di etalase ini….tapi, you are welcome to come and see. So if somebody’s actually reading this simple blog of mine…give me a shout-out, so I know you’re there =)

***
Sebenarnya entry ini sudah kumuat juga di-web tetangga (baca:prenster). Tapi ada beberapa tulisan yang ingin aku muat disini juga, dan ini adalah salah satunya. =)

Tuesday, April 8, 2008

Cucung Sumiyati

Jadi akhirnya aku tergoda juga.

Aku tidak mengerti sedikit pun mengenai website ini. (tapi aku yakin kalau seorang temanku akan dengan senang hati menjelaskannya).
Aku membuat blog ini dengan terburu-buru di ruang IT, ketika bos-ku sedang pergi meeting. Sulit untuk membuatnya dari komputerku sendiri, karena web-web asyik seperti ini, sudah di-blok (sial!). Aku berpikir…yang penting aku membuatnya terlebih dahulu. Masalah edit-mengedit, gampang…, bisa kukerjakan lain waktu.

Semua berlangsung lancar, hingga ketika aku harus membuat nama untuk url blog-ku ini. Beberapa nama sudah kucoba, selalu sudah ada yang memakai. (apa seleraku ini pasaran sekali ya?) Akhirnya temanku si anak IT—yang sudah sangat berbaik hati meminjamkanku 1 dari 3 komputer yang ada di ruangannya untuk membuat blog, walaupun masih jam kerja (makasih, ya, mas!)—memberikanku sebuah ide. “Gimana kalo namanya Cucung aje?”
“Heeee!!! Loe gila, ya, mas?”
“Nama itu, pasti belum ada yang pake, percaya deh, ama gue.”
Huh! Aku tidak mau mengikuti nasihatnya.

Setelah melewati beberapa kali percobaan. AKHIRNYA! Aku menemukan sebuah nama (well, sebenarnya tidak bisa dibilang “menemukan” juga sih, karena aku sudah mempunyai beberapa nama lainnya, tapi semuanya tidak dapat dipakai, baru ini yang bisa). Akhirnya jadilah nama url blog-ku http//dolphininthesky.blogspot.com.

Aku sangat bangga, karena aku selalu menyukai lumba-lumba, dan recananya, background blog ini akan aku ganti dengan gambar lumba-lumba di langit. (tapi itu akan kulakukan segera setelah, aku mengetahui bagaimana caranya. Iya, aku ini memang gaptek).

“Bisa, Nat, namanya?” Temanku bertanya
“Bisa dong…, setelah beberapa kali nyoba tapinya,”
Tuh kan, kalo dari tadi loe pake nama Cucung, kan, cepet jadinya, Cucung Sumiyati.”
Aku berpura-pura tidak mendengarnya dan hanya ngeloyor pergi,”


p.s: untuk semua orang yang mungkin bernama atau mengenal seseorang yang bernama Cucung atau Cucung Sumiyati, mohon jangan tersinggung dengan blog saya ini. Hanya saja, saya mempunyai ide lain dalam pikiran saya, sehingga tidak mau menggunakan nama itu =D