Saturday, March 31, 2012

Spring : Afternoon Stroll

Whenever the weather is good, I always go down a few bus-stop before my bus-stop, and walk.

It's spring time, flowers began to bloom. The weather is getting warmer. So, let's take a walk, shall we?


I'm not very sure, If this is Sakura or not. Because Sakura is usually white.
Maybe a different kind of Sakura? or Plum Flower?
Anyway..., its beautiful!



See the lady standing in the building?
No matter what the season is, she always stand there.




The Place I go, to watch the movie.
I don't know what TOC stands for. But for sure it's not Tangguh Operation Center.



Yeah..., thats my office, the tallest from the aligning 3.


To the subway.


To Kannai, Shonandai.


Room Sweet Room.

Smorking Area?

Somehow the thought of Pig, comes into mind....













Sunday, March 11, 2012

Sulit = Difficult = Muzukashi

Learning this language is di.ffi.cult!

Aku seperti anak TK yang harus belajar membaca dan menulis dari 0 lagi. Menghafalkan alphabet-nya, dan belajar cara menulisnya. Susah!

Belum lagi, kata-kata sapaan wajib yang mereka miliki yang juga harus aku hafalkan, supaya terkesan lebih sopan. Fweuuhhh! *mengelap keringat dari dahi*

Tentunya juga, tidak bisa kita lewati, kata-kata yang sangat mirip, tapi mempunyai arti yang sangat bertolak belakang.

Contoh kasus!

Kawai = cute

Kowai = scary

Orang-orang disini, kalau melihat benda yang bagus, lucu, cakep, ganteng, seringnya kata-kata yang keluar adalah “ah! Kawaiiiiiiiiiiiiiii…” terutama yang para wanita. Mereka akan mengucapkan kalimat tadi itu, sambil tersenyum sumringah, dan nada imut meninggi di bagian akhir. Kalau di kantor, biasanya, kalo mereka sedang melihat benda-benda yang lucu, mereka lalu juga akan melihat ke arahku, sambil bertanya…, “Ne? Natasha san? Kawai nee?”

Aku biasanya akan membalas, “Haaii…, ka..wa..iii..” sambil berusaha tersenyum, dengan nada pelan ke arah ragu-ragu, sambil berpikir dalam hati…, itu usb biasa bukan?

Anywaysssss…,

Aku benar-benar tidak ingin mengucapkan kata yang salah, seperti misalnya, melihat seorang anak yang lucu, dan bukannya berkata “aah…kawaiii….” Malah berkata, “Aaahhh…, kowaiii….” Dan berisiko terkena tampar bolak-balik di tempat dari si ibu, hehehehehe.

*ngeloyor ambil text book bahasa Jepang*

Aku dan Sepedaku

Aku punya sepedaa….aku punya sepedaaa….! (menari-nari mengelilingi api unggun. Eh…, sebentar…, salah setting. Menari-nari keliling kamar kos. Now…, that’s more like it.)

Have I told you that I have a bike? Temanku di kantor, seorang Filipin, memutuskan untuk resign, dan kembali ke negaranya. Sebelum ia pergi ia berkata…, “Is there anything you want from my apartment? I can give it to you.”

“Yeah, do you still have that thing…, you know…, for the moisture?”

“Oh, the humidifier?”

“Ahh…yes, that one. Can I have that?”

“Sure…. By the way, do you want a bike?”

You’re asking me if I want a bike? You’re asking me if I want a bike? Of course I want a bike!!! “Really?”

“Yes, I’m not using it anymore anyway…. But it’s kinda big, and you cannot fold it, so you have to ride it home.”

“Uhm…, okay I guess, I’ll ask my friend If he can go with me, since I don’t know the way and all. Where is your house anyway?”

“Uhm, It’s in Tokyo. Well, it’s actually still in the border of Tokyo.”

Mampus gue, mesti sepedaan antar kota di tengah musim dingin. “Okay, I’ll ask my friend if he can accompany me. Actually, I’ll force him to accompany me.”

Untungnya temanku ini sangat baik hati. Aku tidak perlu—terlalu—memaksanya untuk menemaniku. Lebih tepatnya, I sugar coated permintaanku. Aku mengatakan, “Maasss…sepedaan yuuukkk, udah lama kan, gak olah raga, sekalian biar sehaatttt.” Blah! Bo’ong banget. Tapi untunggg…, untung…, untungg dia mau! Jadi, kami sepakat utk membawa sepeda lipat. Kami akan ke rumah temanku itu di Tokyo, menggotong-gotong sepeda lipat, naik kereta. Pulangnya nanti, barulah kami bersepeda.

Ketika akan bersiap untuk berangkat, aku bertanya. “Mas, loe tau jalan, kan?

Kayanya sih, tau, Nay. Lupa-lupa inget gue.”

Lah, kalo sampe lupa gimana?”

Kalo gitu, kita ikutin rel kereta aja.

Hah?!?! Kalo rel-nya masuk bawah tanah, gimana?

Nah! Itu kita pikirkan belakangan.”

Aku mulai ragu dengan arah perjalanan ini.

Tapi kami bisa menemukan rumah temanku tanpa masalah. Masalahnya adalah jalan pulang. Temanku berkata, “Don’t worry…, you just go straight in this mainroad. It’ll bring you to the office.” Dia berkata seakan-akan, dari main road itu, hanya 15 menit sampe kantor.

Kami keluar dari rumah temanku sekitar jam 3 sore. Lengkap dengan sarung tangan, topi, tas ransel berisi kue, kami pun berangkat. Setelah sekitar 20 menit bersepeda temanku berkata. “Kalo ada family mart berhenti dulu yaa…, gue mau nge-rokok.”

Ho oh mas, gue juga mau beli minum.”

Dari situ, perjalanan masih terasa tidak terlalu berat. Sampai akhirnya aku melihat plang yang menunjukkan. ‘Yokohama 18km.’ Di pemberhentian berikutnya aku bertanya, “Mas…, bentar deh…, kalo dari sini ke Yokohama 18km, itu baru masuk perbatasannya bukan?”

Ho oh

“Terus dari ujung itu, sampe apato, kira-kira berapa kilo lagi mas?”

Yah…, palingan 2 kilo, Nay….”

Seriusan loe mas? Kita mesti sepedaan 20 kilo?”

And the trip went downhill from that point. Yah…, sebenarnya gak downhill juga sih, lebih tepatnya up-hill, soalnya tanjakannya banyak banget! En, kami tidak merasa ada turunan. Sepertinya setelah susah payah menanjak, lalu jalan menjadi lurus biasa, tidak menurun. Sampai akhirnya kami tidak kuat…, dan memilih untuk turun dan mendorong sepeda kami naik, haahahahaha.

Setelah sekitar 2 jam bersepeda, kami akhirnya makin mendekati Yokohama. Aku sangat bersyukur ketika, di tengah perjalanan itu, kami berdiri di sebuah jembatan, dan melihat gedung Landmark, yang berada tepat di sebelah kantorku. It means we’re getting closer!!! Sepertinya cobaan terakhir adalah, ketika kami tidak mempunyai pilihan selain mendorong sepeda kami menaiki jembatan, dan membawanya turun kembali.

Secara keseluruhan, total perjalanan adalah sekitar 3 jam. Ketika tiba di kamarku, hari sudah malam, dan aku tidak bisa merasakan kakiku. Bagian pinggang keatas, oke. Bagian pinggang kebawah mati rasa. Aku langsung mandi dengan air panas, dan menempel koyo di 3 titik.

Keesokan paginya, ketika aku menelpon temanku di Jakarta, ia berkata, “Loe ngapain sepedaan dari Tokyo sampe Yokohama?”

Lah, loe tau darimana?”

“Dari si X (bukan inisial sebenarnya, si mas yang nemenin itu) gue lagi nelpon dia, dia bilang badannya pegel-pegel sepedaan sama loe dari Tokyo kemarin.”

Hehehe…, maaf mas, tapi at least sekarang aku sudah mempunyai sepeda, gratis!

Saturday, March 10, 2012

Never Ending Story

(dibuat setelah--terpaksa--menonton sebuah sinetron ketika di Jakarta)

Sepertinya sinetron ini tak akan pernah tamat.
Setelah plot mengenai :

1. Putrinya yang tertukar sejak bayi di rumah sakit.

2. Perusahaan si ayah yang bangkrut karena dijebak

3. Istri pertama yang selingkuh dengan si penjahat

4. Cinta segitiga, empat, lima…, sebelas.

5. Orang tua yang jadi gila dan masuk RSJ

6. Istri kedua yang kecelakaan dan koma.

7. Salah satu dari anak tertukar kecelakaan

8. Istri sadar dari koma

9. Istri sadar dari koma, kecelakaan, mukanya rusak dan diperban
(hidup sepertinya begitu sulit bagi karakter ini)

10. Ayah yang bangkrut jadi buta.

11. Anak-anak berjuang mengumpulkan uang untuk operasi transplantasi mata ayah.
(20 juta bisa untuk transplant mata…, ampun, beli di warung mana tuh?)

12. Cinta yang tidak mengenal kelas sosial. Si anak tertukar 2 jatuh cinta dengan supirnya.

13. Anak tertukar 1 jatuh cinta dengan bos-nya.

14. Anak tertukar 2 kena kanker tulang.

15. Ibu muka rusak akhirnya meninggal, dibunuh.

16. Muncul seorang dokter yang bisa menyembukan sakit kanker tulang stadium tinggi dengan operasi
(Hmmm…, kayanya sebenarnya dukun, bukan dokter….)

17. Dokternya ternyata jahat, ingin merebut anak tertukar 2 dari si supir.

18. Tiba-tiba muncul Evil twin dari si ayah buta, yang sudah tidak buta lagi.

19. (Ah, hampir lupa!) Anak yang tertukar sudah kembali ke orang tuanya yang betul.
(Tapi filmnya belum tamat-tamat juga)

20. Si supir—pacar anak tertukar 2—diculik dan dibius. Lalu jiwanya keluar mencari-cari si pacar.
(Udah mulai mengarah ke film horror kayanya nih)

21. Salah satu anak tertukar—sampe udah gak tau lagi yang mana—dituduh membunuh si ibu muka rusak.

Dan masih banyak lagi yang lainnya.

I mean…, kalau ternyata mereka-mereka ini belum rela men-tamat-kan sinetron ini, mereka masih bisa merambah genre lainnya, seperti :

1. Horor : Tiba-tiba muncul pocong atau kuntilanak yang menculik salah satu dari si anak tertukar. Atau siapa aja deh, yang penting ada yang di culik, siapa tau kalau karakter-nya hilang satu, filmnya bisa cepet selesai.

2. Thriller : Muncul seseorang dengan tudung hitam, membawa kapak, masuk ke rumah-rumah dan memotong mereka satu persatu.

3. Action : Demi memperebutkan wanita, mereka akhirnya bertanding, adu pencak silat.

4. Action (juga) : Si supir ternyata adalah agen rahasia yang sedang menyamar demi menangkap gembong narkoba. Akhirnya jadi banyak adegan tembak-tembakkan dan kebut-kebutan.

5. Sci-Fi : Muncul pesawat alien, dan mereka akan mengubah semua manusia jadi alien!

6. Tragis : Semua anggota keluarga meninggal, dan si peran utama akhirnya harus hidup sendirian di dunia ini, bersama seekor kambing yang menjadi piaraannya, walaupun akhirnya ia mulai tergoda untuk makan lamb-chop.

Tapi aku rasa, film ini akhirnya akan
happy ending. Isn't all sinetron have to have a happy ending?

Akhirnya keluarga bersatu kembali. Si tudung hitam berhasil ditangkap oleh supir yang ternyata adalah agen rahasia. Sang jagoan menang adu pencak silat. Pocong dan kuntilanak juga berhasil diusir menggunakan tenaga dalam si jagoan. Alien akhirnya hidup di dunia bersama keluarga mereka. Dan, seluruh keluarga si pemeran utama tidak jadi mati, karena berhasil dibangkitkan kembali dari alam kematian.

TAMAT.

ps: si kambing akhirnya tidak jadi lamb chop,
karena no animal was harm during the making of this blog.