Thursday, November 10, 2011

Lost and Found

Hari sudah malam, setelah mencuci gelas, sebelum pulang, aku ke wc terlebih dahulu. Aku berjalan melintasi koridor lift, sebelum masuk ke south-wing. Tiba-tiba aku terhenti di tengah jalan, selembar uang...,tergeletak ..., begitu saja..., di tengah-tengah jalan..., di depan lift. Aku menunduk, hanya menatap uang itu. Menengok kiri-kanan, berharap (atau mungkin tidak berharap), ada seseorang yang akan muncul. Tidak ada.

Akhirnya aku memungutnya, dan membuka lipatannya, penasaran, berapa jumlahnya. Man was I surprised.... It's 5000 yen! 5 freakin thousand yen! Itu sama dengan menemukan uang 500rb di Jakarta. Bayangkan 5 lembar 100rb tergeletak begitu saja di tengah jalan, atau 10 lembar 50rb, atau 50 lembar 10rb, anyways..., Aku menemukannya.

So? What did I do? Aku hanya berdiri di tengah-tengah situ, memegang uang itu di tanganku, dan berharap ada seseorang yang akan muncul entah dari North atau South, and claim the money. Lagi-lagi, tidak ada. Akhirnya aku berjalan pergi dengan uang itu. Selama di WC aku berkontemplasi. Dengan uang ini, bisa membiayaiku makan untuk seminggu. Aku bisa mengajak teman-temanku makan enak. But the better me finally speak (sigh!).

Aku kembali ke meja ku dan menghampiri seorang wanita jepang yang duduk di sebelahku, memberikan uang itu kepadanya, menceritakan bagaimana aku menemukannya, dan mengakhirnya dengan kata-kata, "I don't know what to do with it." Mereka juga terkejut melihat jumlah uang itu, lalu mulai berdiskusi "blbalbalbalbalba... Ooki deshoo (big right?)... blablalbalbabla.... ikura desuka? (how much? (for money))" Dari situ aku menyimpulkan bahwa mereka juga tidak akan memberitahu berapa jumlah uang yang ditemukan, tapi akan membiarkan orang yang meng-claim-nya untuk memberitahu jumlah uangnya. Hahahah..., ternyata masih ada miripnya sama Indonesia.

Aku menceritakan kejadian itu kepada temanku selama perjalanan pulang, dan berkata kepadanya..., "kalo gue jahat..., udah makan-makan enak kita malam ini.... Hahahahah." Ketika tiba di kantor pagi ini, selembar pemberitahuan sudah terpasang di koridor lift. Tapi sepertinya sampai sore tadi, belum ada yang mengaku juga.

Hmmmm..., kita kasih waktu 1 minggu? Kalo tidak ada yang mengakuuuuuu..., hehehehehe.... *merencanakan sesuatu*

Sudah Hafal Dia....

Pagi ini, ketika sedang berjalan, kembali ke mejaku, si boss yang kebetulan sedang berjalan ke arah yang sama, tiba-tiba mengajakku bicara....

"Natasha hari ini pink, ya?" Ia mengomentari kameja pink pastel yang aku kenakan.
"Yes O san, Iactually dont like pink, but my mother insisted on this one...."
"Hoo, very good..., is it from Jakarta?"
"Yes...." sambil cengengesan.

Aku ke mejaku, ia berjalan ke mejanya, tapi tiba-tiba kembali ke arahku.
"Saya tahu, ya..., natasha biasa pake black."
"Yes! correct!" kataku sambil tersenyum lebar.

Hmmm..., dia sudah hafal kebiasaanku rupanya.

Tuesday, September 20, 2011

His name is Aidan

And he is 6 years old.

Sewaktu aku sedang membantu acara luncheon di gereja, meletakan makanan di meja, dan memasang taplak. Tiba-tiba terdengar sebuah suara dari tengah-tengah ruangan, dari antara anak-anak kecil yang sedang ikut sibuk lalu-lalang.

"Can I be the taste-er?" teriak seorang anak laki-laki
"No, you can not! Don't touch any of the food, they haven't finish preparing it yet." seorang wanita membalas.

Aku menengok, suara itu datang dari seorang anak laki-laki, berkaos merah, badan sedikit gempal, dan berkepala botak. Ia sedang berdiri di samping seorang wanita yang mungkin adalah ibunya, sambil memandangi makanan yang sudah mulai tertata di meja penuh minat.

Aku kembali ke dapur..., dan mengeluarkan kue-kue dari plastik, lalu akan membuka taplak di meja yang lain, ketika anak itu tiba-tiba datang menghampiriku.

"Hey, you wanna help me?" kataku kepadanya. Ia hanya memandangku, "Can you help me, put this in the trash?"
"sure!" katanya, lalu mengambil plastik dari tanganku dan menghilang.

Tidak ada beberapa detik, Ia kembali lagi ke sampingku. Akhirnya, aku memberikan ujung taplak meja, dan membiarkan ia membantuku memasangnya.
"You have to pull on your end, okay?"
"okay!" katanya..., sambil sibuk meniru apa yang kulakukan, merapihkan ujung-ujung taplak itu.
"So..., you wanna go, and find if there's something else we can do?" kataku setelah kami memasang taplak itu.
"yeah..." katanya.

Kami berjalan kembali ke dapur, dan tiba-tiba ia menggandeng tanganku.

"What's your name?" Aku bertanya
"Aidan" katanya
"Aiden?"
"Nooooo..., it's Aidan! thats A-I-D-A-N" katanya bangga setelah mengeja namanya.
"Oohh...okay..." kataku sambil tersenyum.

Di dapur, seorang wanita yang kukenal, tersenyum melihat ku datang menggandeng seorang anak kecil.

"Who's this?" dia bertanya padaku.
"This is my new friend," kataku sambil tersenyum.

"So, what's your name?" katanya sambil menunduk dan tersenyum melihat anak itu.
"Aidan!"
"Aiden?" si wanita bertanya
"noooooooo! its Aidan! A-I-D-A-N" katanya dengan mimik muka what-is-it-with-you-people-who-cant-say-my-name-correctly.

beberapa menit kemudian, ketika kulihat lagi, ia sudah berdiri di pojok dapur, dengan muka serius, sedang mengeluarkan biskuit dari bungkusnya, dan menatanya di atas piring, sambil sesekali menjilat jarinya yang terkena coklat dari biskuit itu, lalu membawanya ke luar ruangan untuk menatanya di atas meja.
Akhirnya ibu-nya memanggilnya dan mengajaknya jalan-jalan sambil menunggu acara dimulai.

Ketika acara makan siang akhirnya dimulai, aku melihatnya lagi berkeliling mencoba-coba makanan yang tersedia, tampak begitu bersemangat.

Anak yang sangat menarik..., It's really nice to meet you Aidan. Thats A-I-D-A-N.

Friday, August 26, 2011

Elevator

Entah kenapa pada hari yang sama, saat itu, aku bisa mengalami 2 kejadian aneh di lift kantor.

Bermula ketika aku akan ke lantai 35. Dari lantai ku, untuk mencapai lantai itu, harus harus berganti lift di lantai 26, untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi. Emang cuman bis aja yang bisa ganti-ganti?

Anyways,

Ketika mengantri lift, beberapa orang sudah ada terlebih dahulu, sebelum aku. Beberapa orang pria, dan dua orang wanita. Lift itu datang, kami semua naik. Tidak ada yang bersuara di dalam lift. Semua hanya berdiri, dengan mata terpaku pada pintu, atau pada angka penunjuk lantai, sampai tiba-tiba.

Krriiiuuuukkkkk....

2 detik setelahnya, terdengar suara, "sumimasen."
Ternyata salah satu wanita yang tadi! Ternyata perutnya yang berbunyi. Aku tidak berani melihat ke arahnya. Hanya menunduk, berkonsentrasi memasang muka datar, demi tidak menambah rasa malu si wanita itu.

Beberapa detik kemudian....

Krrriiiuuukkkkk.... Diikuti lagi dengan, "sumimasen...."

Addohh...wanita malang, kalau aku jadi dia, ketika pintu lift terbuka tadi, aku akan langsung keluar. Naik tangga..., naik tangga deh...! Yang penting harga diri booo....
Okelah, aku mungkin tidak akan naik tangga 1o lantai juga, mungkin yah..., 1 lantai saja, dan menahan lift lain di lantai berikutnya, berharap isinya bukan orang-orang yang sama, hehehehe.
Sambil menunduk aku melirik ke arahnya, ia ternyata sedang menahan perutnya. Aku rasa, ia juga sedang berdoa supaya perutnya jangan berbunyi lagi, sampai ia tiba di lantai tujuannya. Doanya terwujud. Tidak ada lagi insiden perut berbunyi hingga ia keluar.

Ketika aku akan turun kembali ke lantai ku. Pintu lift terbuka, hanya ada seorang pria di dalamnya. Aku pun naik. Kami masing-masing berdiri di pojok lift. Mataku terarah ke penunjuk lantai di lift. Sampai tiba-tiba aku melihat sebuah gerakan aneh dari si pria di pojokan.

Ia tiba-tiba memegang bagian pinggang celananya, dan mulai membuka ikat pinggangnya. Tanpa sadar aku semakin merapat ke pojokan lift. Antara tidak mau melihat tapi tetap waspada. Mataku hanya terarah ke angka penunjuk lantai atau ke lantai di lift itu. Ternyata oh,
ternyata..., si pria hanya ingin membetulkan bajunya! Ingin rasanya aku berteriak..., "helooo..., misteeerrr..., gak kenal sama yang namanya wc ya?" Atau kalau si bapak itu terlalu malas ke wc, paling gak, pas dia sendirian di lift, kek. Jangan pas barengan sama cewe yang saat itu, baru seminggu saja tinggal di Jepang, en jadi mikir..., ya olloohh..., masa di kantor begini ada juga orang yang seneng 'pamer' gitu sih? Hehehehehe....

Tuesday, August 16, 2011

My New Church

Aku menyukai gereja baruku disini. Terutama karena gereja ini aku temukan dengan--lumayan..., yah gak gitu-gitu amat juga sih--susah payah.

Saat itu, sudah hampir minggu ketiga aku tidak ke gereja. Gereja yang disarankan temanku yang pernah tinggal di Jepang, tidak aku temukan. Peta yang ia berikan cukup aneh..., dan petunjuknya hanya seputar, "kalo gak salah" en "kalo gak lupa" juga "gue gak pernah merhatiin nama jalan kesitu."

Nominasi pertama..., coret!

Gereja kedua yang disarankan adalah gereja Indonesia. Wohoo..., sepertinya oke. The only catch is, gerejanya di Tokyo, sementara aku tinggal di Yokohama. Seorang teman kantorku, dengan sangat baik hatinya, menawarkan kalau-kalau aku ingin bareng sama adiknya kesana. Adiknya bergereja disitu rupanya. Akhirnya aku berkomunikasi dengan adiknya. Ia menawarkan untuk bertemu di Kikuna stasiun. Cara ke Kikuna station? Pertama ke stasiun Yokohama, dari situ pindah kereta, naik Toyoku Line, yang ke arah shibuya. Oke..., sebentar..., sebentar..., dia ngajak janjian di stasiun Kiku apa?

Saat itu aku baru sekitar 1 minggu disini, untuk seseorang yang sering disorientasi arah, (beberapa hari yang lalu, aku sibuk menunjukkan arah kepada temanku, berkata, "pokoknya loe lurus aja, terus belok kanan, oke? belok kanan." sementara tanganku sibuk menunjukkan ke arah kiri. Temanku hanya menatapku bingung) tidak bisa berbahasa jepang, dan orang-orang disini tidak bisa berbahasa inggris, tantangan diatas masih kuanggap sulit. Suatu waktu tapi, aku akan mengunjungi gereja itu.

Nominasi kedua..., coret!

Karena gereja-gereja yang disarankan, sepertinya tidak ada yang berhasil, akhirnya aku mulai mencari-cari sendiri. Lewat internet tentunya. En walaaa! aku menemukan gerejaku yang sekarang ini. Ditemani oleh kedua orang temanku (perjalanan ini ada ceritanya sendiri, akan kuceritakan lain waktu), kami bahkan survey lokasi sehari sebelumnya, (jadi inget mau ujian UMPTN, segala survey lokasi dulu, heheheheh.)

Gerejaku adalah gereja Internasional. Orang-orang dari berbagai macam negara ada disitu. Amerika, Jerman, Singapore, Filipin, Indonesia, Hongkong, Afrika, etc. Pada minggu pertama aku bergereja disitu, salah satu doa dipimpin oleh orang Afrika. Jujur, aku tidak mengerti sepatah kata pun yang ia ucapkan, ia berbicara dengan logat Afrika yang sangat kental. Oh, FYI, orang ini yang mengira aku orang India....

Dan parahnya lagi, aku sering tertukar nama orang-orang Afrika ini. Ada 3 orang yang sangat aktif di gereja. Sudah 1 bulan lebih aku bergereja disana, dan aku masih sering tertukar nama mereka.... please forgive me. Tapi aku merasa muka mereka mirip semua..., hiks!

Suatu hari, ketika aku baru keluar gereja, hendak pulang, seseorang dari mereka menghampiri aku. "halloo, how are you? are you going home?"
"Yes," kataku sambil tersenyum.
"Do you need a ride? We can take you up to Yamate station." dia menawarkan.
"Oh, its okay, I'll take the bus from here. By the way..., you are....Wilson...?" tanyaku ragu-ragu.
"No, I am Nelson."

Ouch..., strike one.

"Oh are you the one that we just pray about? about getting a new job?" aku bertanya lagi.
"Oh, no..., that is Fred. I have my own company. I dont have to depend on other people." Dia berkata sambil tersenyum bangga.

But still..., strike two for me.

Im so soooorrryyyy..., tapi serius, sulit sekali bagiku untuk membedakan mereka. Hiks. Untungnya Nelson ini tidak tersinggung, karena aku terus-terusan salah orang, dan dia masih sangat bersemangat menyapaku setiap minggu. Minggu depan aku akan mengingat-ingat namanya! Namanya adalah Wilson! Eh..., maksudku Nelson!

Wednesday, July 27, 2011

Nehi..., nehi..., I'm not Hindi Pt. 2

"Jadi, Nai? gimana? udah ada yang salah kira belum?" Seorang temanku tiba-tiba bertanya, ketika kami sedang chatting.
"Salah kira apaan?"
"Salah kira loe orang India! hhahahahaha...."
"Sialaaannn loooooeee! Tapi bener sih..., udah ada yang ngira gue orang india.... sial banget!"
Temanku langsung tertawa terbahak-bahak membaca jawabanku.

Suatu hari, ketika sudah malam, dan sedang menunggu lift untuk pulang, tiba-tiba datang seorang laki-laki India, ikut menunggu lift. Dia melihat ke arahku, dan tiba-tiba berkata,
"Excuse me...."
"Yes?"
"Are you Indian?
"No, I am INDONESIAN." mulai dongkol dalam hati. "why?"
"Oh, because you look like Indian, there are not many Indian women in here."
"Sorry, but I'm Indonesian."

Kali lain ketika di gereja, aku disambut oleh seorang pria Afrika berbadan besar....
"Hallo! I saw you from last week..., whats your name again?"
"I'm Natasha."
"Natasha..., are you Indian?"
"No, I'm Indonesian" memasang senyum, padahal rasanya pengen teriak.

Aaarrrggghhhh..., ampun deeeehhhh..., udah jauh-jauh gue ke Jepang, masih ada juga kejadian begini?!?!?!?

Mungkin mulai sekarang, kalo kenalan sama orang, kalimatnya default-nya mesti:
Hallo, I'm Natasha, and I am Indonesian.

HAH!

Tuesday, July 26, 2011

Disini aman kookk!

Aku sedang tertimbun pekerjaan. Setelah hampir 2 bulan aku bengong, ya..., aku betul-betul bengong, as in datang ke kantor, duduk-duduk menunggu jam 6 sore, lalu pulang. Akhirnya sekarang aku mulai sibuk, dan berada di ambang histeris..., hahahahaha.

So, karena kesibukanku ini, akhirnya aku sering pulang malam.... As in jam 9 malam. As in hampir setiap hari.


Kemarin, sangking sibuknya aku tidak sempat bertukar kabar dengan teman baikku di Jakarta. Suatu hal yang jarang terjadi, karena kami selalu saling menelpon, atau setidaknya saling meng-email, untuk bertukar kabar pekerjaan. Hari itu, sama sekali tidak ada email atau telpon dari kedua belah pihak. Ternyata kami sedang sama-sama sibuk sekali. Sampai akhirnya, ketika sudah jam setengah 8 malam waktu Jepang, telponku berbunyi.

Me : Hallo?
Tmn : Cumi, loe belum pulang?
Me : Gak usah nanya maaliihhhh, loe sendiri?
Tmn : Hahaha, sama gue juga, lagi ribet nih....
Me : Loe pikir gue kaga?
Tmn : Makanya dari tadi gak ada email en telpon yak? Jadi gue iseng ngecek loe masih ada apa enggak.
Me : Cape deee..., masih lama kayanya gue....
Tmn : Masih lama? Loe mau pulang jam berapa? Loe gak liat ini dah jam berapa?
Me : Kaga pa-pa kalii..., disini mah aman, gue pulang malem juga, jalanan aman.
Tmn : Gak usah disitu, disini juga loe aman kok, siapa juga yang mau nyolek loe? begitu liat, ternyata loe sama ama mereka...hahahahaha...
Me : &*(@^&!%@*&%$*(!#&^$!#&*
Tmn : Ya udah malih, jangan pulang kemaleman loee....

Kami mengakhiri telpon kami.

Akhirnya aku keluar kantor jam 9 malam. Sambil memasang earphone di telinga, dan sambil menggerogoti roti, aku berjalan menuju stasiun subway. Baru saja, aku hendak turun tangga, menuju subway di bawah..., tiba-tiba seorang pria jepang separuh baya (btw, kalo dibilang separuh baya itu sebenarnya umur berapa ya?
40an? 50an? well, cowo itu sekitar umur itu lah) menghampiriku....

40 : hallloooo...blablablbalbabalblba (ngomong pake bahasa jepang)
Me : eehhmmm..., Nihongo wakarimaseng (dont understand japanese) (mulai berjalan mundur dan menuruni tangga)
40 : blablabalbalb...drink? drink? (sambil memperagakan gaya minum)
Me : aah...no...no...(semakin menjauh dan menuruni tangga, si bapak itu udah bau alkohol)

Si bapak itu akhirnya pergi, ketika aku melanjutkan perjalananku menuju subway, aku tertawa dalam hati..., hahahaha..., padahal baruuu aja bilang kalo disini aman. Hehehehe.

Monday, July 18, 2011

Adikku dan Sepedanya

Adik-ku begitu bersemangat ingin membeli sebuah sepeda, sepertinya ia terpengaruh dengan kenyataan bahwa sekarang di Jakarta sedang nge-trend sekali "Bike to Work.” sehingga ia ingin melakukan hal yang sama. Dari beberapa bulan sebelum, ia sudah sering berkata, “Gue mau beli sepeda!”

“Untuk apaan?” tanyaku.

“Untuk ke kantor dong, gue mau ngantor naik sepeda aja.”

“Bahaya kali…, loe gak ngeliat orang-orang di jalan kaya apaan kalo nyetir?”

Gpp, gue mau beli sepeda….”

“Terserah sih, asal ada duitnya aja….

Setelah beberapa bulan berselang, akhirnya dia betul-betul membeli sepeda. Ia rupanya sudah men-survey beberapa toko sepeda di sekitar rumah, yang bisa ia hampiri. Suatu hari ketika pulang ke rumah, tiba-tiba sudah ada sepeda diparkir di ruang tamu.

“Jo! Ini sepeda loe?” aku berteriak memanggil adikku.

“Iya dong….!”

Loe udah beli perlengkapannya lengkap?”

“Itu udah ada lampunya, tempat minum segala macem….”

“Helm-nya mana? Masa loe naik gak pake helm?”

kaga ada, uangnya gak cukup….”

Mana bisa kaya gitu, kalo mau ke jalan ‘gede’ ya…, pake helm lah!”

“Oh iya…, ngomong-ngomong…, gue pinjem duit dong….”

Lah, udah bisa beli sepeda, kok masih minjem duit?”

Duit gue abis buat beli sepeda semua….” Katanya sambil cengengesan.

Whuuuaaattt???”

Keesokan pagi-nya, dengan penuh semangat ia bersiap-siap untuk naik sepeda ke kantornya. Seperti biasa aku selalu berangkat paling pagi…, jadi aku tidak tahu kelanjutan perjalanannya. Sampai tiba-tiba di kantor, ibuku meng-sms, katanya, “Nay, Jo pulang lagi pake sepedanya….” Dalam otak-ku aku sudah berpikir segala macam kemungkinan. Aku langsung menelpon ibuku bertanya, apa yang terjadi. Aku disuruh menelpon adikku saja ke kantornya.

Loe kenapa, Jo? Katanya balik lagi ke rumah? Bukannya loe tadi naik sepeda?”

Ho oh…, tapi tiba-tiba di tengah jalan, ban dalemnya keluar gitu….”

Lah, terus?”

“Untung aja, gue belum gitu jauh, jadi gue balik rumah lagi.”

“Sepedanya loe dorong sampe rumah?”

Kaga, gue nyetop bajaj.”

Emang bisa sepeda segede gitu, masuk bajaj?”

“Bisa dong, abangnya semangat banget malah…, dan juga karena gue kasi duit lebih sih…, heheheh…. Sepedanya diiket di belakang.”

“Jadi loe ke kantor gimana?”

“Naik Ojek, hahahaha….

Setelah kejadian itu, dan setelah beberapa kali sepedanya dibetulkan(masih ada beberapa kerusakan lagi setelah itu), adik ku memutuskan bahwa, ia akan mencoba naik sepeda ke tempat yang dekat dulu, ke gereja misalnya. Suatu hari, ketika aku sudah di rumah, ia kembali dengan sepedanya. Setelah memarkir sepeda itu, ia datang dan duduk di sebelahku, meluruskan kakinya. Napa, loe?”

“Jangan tanya, gue cape” jawabnya.

Emang loe darimana?”

“Gereja. Ternyata naik sepeda bolak-balik gereja cape juga ya….” Katanya masih dalam posisi yang sama, sambil menutup mata.

Huauhauahauhahu…, terus, loe udah sok-sok-an mau naik sepeda ke kantor? Yang ada begitu nyampe kantor, tidur loe…!”

Akhirnya—sepertinya sampai saat ini juga, tapi aku tidak tahu jelas, karena aku disini dan ia disana, tapi feeling-ku sepertinya benar—ia tidak pernah menggunakan sepedanya ke kantor. Yang terjadi malah, jika hari sabtu, atau hari minggu, ia suka menawarkan…, “kalian gak mau main sepeda?”

Hahahahahaha…. Ya udah, yuuukkk…, ayo kita beli hotdog, sambil naik sepeda.

Spreekt U Engels?

Tiba-tiba teringat jaman kuliah dulu…, ketika kelas speaking atau spreken—karena kami mempelajari bahasa belanda—kami sedang membahas soal, apa yang harus kami katakan—dalam bahasa belanda tentunya—kepada orang di jalan, jika kami tersesat atau kehilangan arah.

Setelah mempelajari berbagai jenis kalimat bertanya arah, dosenku tiba-tiba bertanya, “B! wat zou je zeggen?" (B! Apa yang akan kamu katakan?—jika tersesat tentunya.)

Temanku dengan tanpa ragu-ragu menjawab, “spreekt u engels?” (Do you speak English?) sambil tersenyum lebar.

Dosenku—yang kebetulan berbadan besar—hanya menjawab, “saya tiban ya kamu….”

Hahahaha…, masa-masa yang menyenangkan.

Saturday, July 16, 2011

Tan-ER!

Aku bertambah hitam!

Aku betul-betul bertambah hitam! Dan sialnya, aku tidak seberuntung orang-orang lain, yang ketika kulitnya bertambah hitam karena matahari, dalam hitungan waktu..., sudah kembali ke warna semua. Nooo..., not meeee. Aku membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan untuk bisa kembali ke warna semula. Yang--sad to say--gak putih-putih amat juga, hahahahhaha.

Tapi sebenarnya sih, aku tidak begitu mempermasalahkan warna kulitku yang bertambah hitam. Aku hanya 'gatel' ngeliat garis di tangan sebelah kiri-ku yang agak terang sedikit, karena bekas jam tangan. Kok, kayanya gak keren banget gitu.... hhuehuehuehue.


So, suatu hari, aku sedang video chat dengan adik dan ibuku di rumah. Ketika mereka melihat ku di layar komputernya di sebelah sana, adik ku tiba-tiba berkata:

J : Nay, kok gelap sih? gak gitu keliatan nih....
N : Ohh...bentar-bentar, gue nyalain lampu yang di meja gue dulu (dengan maksud menambah cahaya)
N : udah keliatan kan? lampunya baru gue nyalain
J : sama aja Nay, ternyata emang loe item deng....

kulang ajaaalll....hahahahhahaa.

Tapi, it's really unavoidable untuk menjadi hitam (baca: lebih gelap) saat summer di Jepang. Aku merasa mataharinya begitu terang..., bagaikan spotlight. Okelah, mungkin spotlight memang agak berlebihan, tapi aku serius..., setiap pagi ketika ke kantor..., matahari terasa begitu....terang.


Untuk menghadapi terang-nya matahari, para wanita disini menggunakan parasol. Bukan umbrella, tapi parasol. Sebuah payung yang hanya untuk bernaung dari sinar matahari. Bahkan ada beberapa yang sudah memakai parasol pun, masih menggunakan--how to say this--sarung lengan? Bukan sarung tangan..., karena bagian tangannya justru tidak ada. jadi betul-betul hanya untuk menutupi mulai dari lengan tangan sampai lengan bagian atas. Aku rasa, mereka sebegitu tidak inginnya menjadi hitam. Eh sebentar..., kulit mereka berbeda dengan kulitku. Kalau aku menjadi hitam, mereka akan menjadi merah. Think..., udang rebus..., yah, seperti itulah.

Kalau aku? tidak usah ditanya..., aku hanya menggunakan topi andalanku.... Me using parasol? Agak sulit untuk diriku sendiri pun, membayangkan jalan-jalan menggunakan parasol hitam dengan renda-renda. Kebanyakan parasol memang warna hitam dan berenda-renda. Tapi sisi baiknya adalah, di negara ini, mereka menjual topi dengan berbagai model! Huaa..., me likey hat.

Karena udara yang panas, dan karena kantorku juga mencanangkan program saving energy--selama musim panas, AC hanya akan dipasang di suhu 28deg--aku selalu menggunakan baju lengan pendek atau yang berbahan agak tipis. Tapi karena 'seseorang' agak rewel dengan masalah baju, aku harus memilih dengan hati-hati baju apa yang bisa aku gunakan di hari jumat, yang katanya, adalah casual friday, tapi ternyata menurut 'seseorang' itu tidak.

Aku mempunyai cerita yang terpisah untuk kasus diatas. Huh!

But anyways..., suatu jumat aku memutuskan untuk menggunakan kaos lengan buntung dan cardigans ke kantor. Aku pikir tentunya tidak sopan--untukku--jika menggunakan baju lengan buntung ke kantor, kan? Sampai tiba-tiba bos ku datang dan bertanya :

B : Natasha, kenapa pakai ini? dingin ka? (bos ku makin jago di bahasa indonsia)
N : No... O san, so I wouldn't get darker hahahah....joking..., joking.... (jawaban paling ngasal di seluruh dunia, karena aku malas menjelaskan kalau aku pake baju lengan buntung)
B : Ha? Did you already get sun tan?
(dalam hati, boooo..., gue emang udah tan dari duluuuu..., sekarang jadi tan-ER!)
N : Yeesssss! (sok prihatin en nunjukin garis bekas jam tangan di lengan) see?
B : hoo yaa..., but Indonesia is also hot ya?
N : Yes, but I dont walk as much as in Japan, I can use ojek or angkot yaa....
B : Yes, you are correct.

Akhirnya dia pergi..., tapi aku rasa dia tidak menangkap kata "joking" yang aku lontarkan, dan menganggap serius kata-kataku..., oh well....

Sunblock spf 100, here I come!

Wednesday, July 13, 2011

Anniversary?

Ketika sedang ber-email-email-an ria dengan seorang temanku, yang kebetulan adalah salah satu penggemar blog ku ini. (Aku yakin dia akan membaca blog-ku ini, dan akan memberi komentar hahaha....) Dia berkata, "Nay, loe bikin anniversary blog loe, dong."

Hah? Anniversary? Saat itulah aku baru menyadari bahwa ternyata sudah 4 tahun sejak aku menulis di blog ini. 4 years??? 4 YEARS??? Kemana perginya 4 tahun itu, kok, rasanya cepat sekali?

Ketika aku mulai menulis blog ini, aku baru berumur..., ehm..., oke marilah kita anggap topik kalimat awal tadi tidak pernah terlontar, dan beralih ke topik lain. Sekarang.

Mengubah haluan topik.

Ternyata aku sudah mulai menulis sejak tahun 2008. Tak kusangka, aku cukup konsisten juga untuk menulis di blog ini, hehehehhe.

Mungkin benar juga kata temanku itu. Sepertinya seru juga kalau aku bisa menulis edisi anniversary. Walaupun cukup membingungkan juga, mesti nulis apa toh?

Thursday, July 7, 2011

Heli..., guk..., guk..., guk...!

Baiklah, aku akan mengakui aku memang sering sekali melakukan banyak hal-hal bodoh. Seperti mulai menari-nari di Timezone, karena menikmati lagu yang sedang dimainkan kakakku di permainan menabuh drum, misalnya. Sebentar..., itu sebenarnya melakukan hal bodoh? atau gak tau malu?

Anyways....

Pagi ini, tiba-tiba aku teringat sebuah hal bodoh yang pernah aku lakukan ketika masih bekerja di hutan dulu. Ketika itu, semua orang sedang pergi ke lapangan, dan hanya ada aku, dan seorang temanku si "I" (Dia adalah orang yang sama yang menertawaiku, ketika aku jatuh, kalau-kalau ada yang pernah membaca blog-ku yang itu). Kami sedang asyik mengobrol, dari bangku kami masing-masing, tidak mau repot berdiri dan menghampiri yang lain, berteriak agar yang lain mendengar.

Aku bahkan tidak ingat apa inti dari pembicaraan kami, sampai tiba-tiba aku memutuskan untuk menyanyikan sebuah lagu..., "Heli! guk..., guk..., guk...! Kemari..., guk..., guk..., guk...." Tiba-tiba aku mendengar suara orang tertawa dari belakangku....


what?!?!?!? Aku langsung menengok....

Ternyata ada seorang Jepang yang sedang duduk dengan manisnya di kursinya di belakangku. Ruangan ini, ada dua pintu masuk, dari depan dan belakangku, aku pasti tidak menyadari ketika dia masuk dari belakang tadi....

Dia bertanya, "Natasha, what are you singing?"

Aku hanya bisa cengengesan..., "It's a children song, about a dog...." Masih sambil cengengesan....

Dia hanya tersenyum-senyum mendengar jawabanku, dan melihat kelakuanku juga, kurasa.

Yah, sudahlah, hitung-hitung aku menghibur seseorang....