Thursday, April 10, 2008

Bersyukur, pak..., bersyukur....

Just to prove that men will never be satisfied.

Tokoh :

Aku – Bekerja di sebuah proyek LNG, perusahaan tempat bekerja adalah main contractor proyek ini. Lokasi proyek, Papua. Rotasi (baca: bisa pulang ke Jakarta) 4 bulan sekali. Jatah cuti 2 – 3 minggu.

Pak B – Bekerja di sebuah proyek LNG, perusahaan tempat bekerja adalah Client Company (baca: yang punya proyek. Main Contractor bekerja untuk Client). Rotasi 28 hari bekerja, 28 hari cuti.

Latar Tempat :
Papua, kantor Client.

Latar Waktu:
Selasa, 8 April 2008

Motif:
Berita yang menyebar bahwa jam kerja harian perusahaan Main Contractor, akan dipersingkat.

Tema : Ketidakpuasan.

Cerita:

Seperti biasa, aku mengantar dokumen untuk pak B, agar bisa didistribusikan secara internal di perusahaannya.
Tiba-tiba ia bertanya, “Tas, katanya jam kerja kamu bakal berkurang, ya?”
Oh, ya? Saya belum denger kabar apa-apa tuh, pak.”
Wah, berarti si D bo’ong, dong.”
Kok ngomongnya nuduh gitu ya? Pikirku dalam hati. “Ooh, maksud bapak itu kali, katanya nanti emang kita makan siangnya akan di kantin lagi,* terus jam istirahat kita dari 1 jam jadi 2 jam.”
Wah, kalian pulangnya jadi jam 5, dong.”**
Ooh, enggak pak, kita pulangnya tetep, jam 6, tapi istirahatnya jadi 2 jam. Tapi itu masih katanya, sih….”
“ Tapi kalian enak, ya, istirahatnya jadi 2 jam, bisa tidur siang dulu.”
Darahku mulai mendidih. Pak B tidak sadar kalau dirinya sedang berbicara dengan seseorang yang sudah 3 bulan belum keluar dari hutan penjara*** ini. Selain itu koneksi internet terbatas, sinyal telpon susah, tidak ada hiburan, dan masih banyak hal lainnya. Sementara Pak B, baru berada disini 2 minggu, dan dalam tempo 2 minggu lagi, dia sudah bisa pulang, sementara aku belum.
Yah…, tapi kita, kan, 4 bulan disini, pak.” Aku berusaha sok tenang. “Bapak, kan, cuman 28 hari. Kalau saya, sih, enggak perlu tidur siang, yang penting bisa dapet 28 hari kerja.”

Pak B Terdiam.

Skak.

Seorang teman Pak B menepuk-nepuk pundaknya dari belakang, sambil berkata, “tuh, bersyukur, pak…..bersyukur….”

Okay, aku mungkin memang ketus, but he asked for it!!! Udah sukur juga, tiap 28 hari bisa pulang!

Putnot:

* Di Proyek kami ini, untuk istirahat makan siang, makanan akan dibagikan dalam kotak, agar kami dapat memakannya di kantor. Cara ini dipakai karena, jika makan siang di kantin, banyak orang yang sering pulang ke kamar terlebih dahulu, untuk tidur siang. Akibatnya, banyak orang datang terlambat selesai makan siang. Kalau soal kualitas makan siang, jangan ditanya. Akan ada suatu waktu khusus untuk membicarakan makan siangku.

** Jam kerja disini adalah mulai dari jam 7 pagi hingga jam 6 sore. 10 jam sehari
(diluar jam istirahat ya!)

*** Aku mengatakannya hutan penjara, karena memang itulah yang sebenarnya. Sekali masuk kesini, tidak ada jalan keluar. Tidak ada jalan darat untuk keluar dari tempat ini. Kecuali mau berenang, which is not recommended, secara, naik boat aja makan waktu 2 jam lebih.

2 comments:

gadisbintang said...

najis lo, tas..

dengan suksesnya lo mengingatkan gue akan kuliah Kritik Sastra.

monyeett!!

NSB said...

Hebat kan, gue P?!
masih inget gicu loohh....heheheh....

lagian bukannya kritik sastra menyenangkan, nyuk? (kunyuk)
(menyenangkan setelah kita lulus!)