Wednesday, April 9, 2008

Bos v.s Kepiting

Aku teringat beberapa tahun yang lalu, suatu ketika salah seorang bosku meminta bantuanku untuk mencari alamat sebuah restoran, yang kabarnya sangat terkenal. Salah satu kebiasaan bos-bos jepangku ini adalah, setiap akhir minggunya (hari jumat maksudku) beberapa dari mereka akan pergi ke sebuah restoran bersama-sama, untuk sekedar makan dan minum-minum. (Para jepang-jepang ini, mereka memang tidak bisa lepas dari minuman, paling mentok harus ada bir!) Kebiasaan mereka adalah, pada hari rabu, mereka akan memberikan nomor telpon sebuah restoran untukku, lalu akan akan mereservasi sebuah tempat untuk mereka makan-makan hari Jumatnya.

Tapi tugas ‘reservasi’ yang harus aku buat kali ini, lebih sulit dari yang biasanya. Karena ketika ia memintaku untuk mereservasi, ia tidak memberikanku nomor telpon apapun, hanya nama restorannya “Saung Greenville”, sebuah peta, dan pesan bahwa ia ingin makan di restoran ini, karena seorang temannya telah memberikan rekomendasi yang sangat baik. (Saat itu, ingin aku mencekik teman bos-ku yang memberikan rekomendasi ini. Niat gak sih, dia ngasih taunya?!)

Tapi (lagi-lagi) sialnya, bos-ku juga tidak mempunyai petunjuk yang jelas. Ia hanya mengatakan bahwa, mantan presiden Megawati pernah makan disana (yeah…dia juga pernah makan di seribu restoran lainnya), jalan masuknya bisa dari taman anggrek, dan kepitingnya sangat terkenal. What a way, to give a clue…. Akhirnya dengan berbekal petunjuk itu, mulailah aku mencari. Aku mulai dengan mencari-cari di internet. Bukannya membantu, malah bikin tambah bingung, karena aku malah menemukan beratus-ratus restoran yang bernama depan saung, tapi tidak ada yang menunya kepiting. Sial!

Itu tidak berhasil, aku mulai menelpon orang-orang yang rumahnya ada disekitar daerah itu. Orang-orang yang aku telpon di kantor, tidak ada yang tau (masa rumahnya gak ada yang di daerah situ, sih?!) Tapi aku mendapat petunjuk untuk mencari mbak Tati, yang saat itu sudah pindah ke kantor Papua. Setelah berkonsultasi dengan mbak Tati, setelah beberapa kali telpon-telponan, email-emailan, akhirnya aku mendapatkan alamat restoran itu, lengkap dengan peta jalan masuk, dari 2 arah yang berbeda. Huh! Aku memang hebat! (hehehe….aku tidak mau melewatkan kesempatan untuk memuji diri sendiri dong! Salah satu motoku yang sangat hebat adalah, siapa yang akan memuji diri kita, kalau bukan kita sendiri?!)

Akhirnya aku serahkan hasil temuanku kepada bos-ku itu, bahkan dengan sedikit sok tau, aku pake acara menjelaskan jalan masuknya kepada supir bos-ku. Padahal, aku tidak tahu secuilpun tentang daerah yang aku bicarakan. (oke..oke…mungkin aku memang tidak sehebat itu, semuanya karena bantuan mbak Tati). Untuk menutup kesuksesan pencarianku, aku berpesan kepada bos-ku, “N san, don’t forget to bring me some crab also, ya!” Malam itu, rombongan bos-ku pun, berangkat. Dalam hati, semoga supirnya cukup pintar untuk bisa menemukan restoran itu.

Hari itu, hari jumat. Pada hari senin pagi, ketika aku berangkat ke kantor. Aku tahu bahwa mereka pasti menemukan restorannya. Karena jika tidak, dia pasti sudah menelponku malam itu juga, untuk bertanya. Ketika aku tiba di kantor, dari jauh aku sudah bisa melihat ada sesuatu yang diletakkan di layar komputerku. Semakin aku mendekat, ternyata ada beberapa lembar foto yang diletakkan di sana. Ketika aku duduk, bos ku, yang kebetulan duduk pas disampingku langsung menoleh, dan berkata, “ah, Natasha san, yesterday night, thank you ne, very delicious.”
“where is my crab?” Kataku sambil tersenyum dan menyodorkan tanganku kepadanya.
“There!” Katanya sambil menunjuk ke arah layar komputerku, lalu ia tersenyum dan mengacungkan jempolnya.

Ketika aku mengambil foto yang ditunjuknya itu, TERNYATA!!! Ia telah memfoto kepiting yang kemarin malam ia makan. Bukan hanya 1 versi, tapi 2 versi saudara-saudara sekalian! Foto pertama adalah foto kepiting-kepiting itu, ketika masih terikat dengan manisnya, dan masih berada di dalam kotak es. Foto kedua adalah ketika kepiting-kepiting itu sudah tersaji dengan lezatnya diatas piring. Ia bahkan menyisipkan foto ketiga yang adalah foto udang goreng (menurut perkiraanku, udang goreng mentega). Sialan, omelku dalam hati, udah susah-susah itu restoran dicari, ternyata cuman ini balasannya.

Setelah cukup lama memandangi foto-foto yang lezat itu, aku kembali menoleh ke arahnya. Ia ternyata masih memandangiku, dengan senyum lebar di mukanya, sambil mengacungkan jempolnya. SIAAALLLL…..!!!

p.s:
1. Jangan pikir aku jadi membenci bos-ku gara-gara kejadian ini, ia tetap menjadi bos-ku yang paling ‘gaul’. Dan juga karena setelahnya ia sering mentraktirku dan teman-temanku makan. Mungkin kasihan padaku yang terus-terusan reservasi, tapi enggak pernah diajak.
2. foto-foto itu masih aku simpan, sampai sekarang, jika aku pulang ke Jakarta nanti, akan aku coba cari kembali…sebagai bukti!

No comments: