Sudah hampir 2 minggu aku tinggal disini. Dan selama hampir 2 minggu itu juga, aku lost in translation. Seperti yang kubilang, ternyata tidak begitu banyak orang yang mengetahui bahasa inggris disini. Jika kita ke restaurant, atau coffee shop, or whatever, mereka juga tidak menggunakan bahasa Inggris. Akhirnya? Kami akan menggunakan bahasa isyarat, bahasa tubuh, dibumbui dengan sedikit bahasa kalbu.
Begini ceritaku ketika aku akan membeli roti dan ketika aku akan membuat Alien card ke kantor kecamatan setempat.
Memasuki toko roti, aku mengambil beberapa roti dan akan membayar. Ketika berdiri di depan kasir :
K : blablablabla (berbicara dengan bahasa jepang)
N : mengangguk-angguk (menduga sepertinya ia menyambut pelanggan yang datang)
K : blablablablabla? (berbicara dengan bahasa jepang, sepertinya bertanya, karena diakhiri dengan nada meninggi)
N : English?
K : blablablablabla ? (lagi-lagi menggunakan bahasa jepang)
-----sama-sama bengong sambil liat-liat-an-----
K : (tiba-tiba menggunakan bahasa isyarat, menunjuk kedepan-kebawah-kedepan-kebawah)
---- kembali sama-sama bengong -----
N : Aaaahhh! (Menunjuk ke luar sambil tersenyum lebar)
K : Haik! Sambil tersenyum dan mulai membungkus roti yang kubeli.
Ternyata, dari tadi dia ingin bertanya, mau dimakan di tempat, atau mau dibawa pulang? Maann, mereka bahkan gak bisa bilang “dine-in” or “take-out” ?!?!?!
Lain cerita ketika aku akan membuat Alien card di kantor kecamatan setempat. Aku yang sering disorientasi arah ini, hanya dibekali dengan peta untuk menemukan tempat itu. Untungnya, untung sekali…, ada seorang lain di kantor, yang harus membuat kartu yang sama denganku.
Sesampainya disana, kami mengambil nomor antrian untuk loket foreigner registration. Aku berasumsi bahwa, karena ada loket khusus untuk foreigner, maka si penjaga loket pastinya bisa berbahasa inggris.
SALAH BESAR.
Bahkan tidak ada satu kata pun ia mengerti. Ketika giliranku untuk maju, yang membantuku adalah seorang pria muda yang bergaya cukup gaul.
Dia mulai berbicara dengan bahasa jepang…. Aku cengo.
Akhirnya dia menandai bagian mana di formulir yang mesti aku isi…. Aku mengangguk-angguk.
Dia mulai berbicara lagi dengan bahasa jepang…. Aku cengo.
Karena ada satu kata yang aku mengerti dari kalimat yang diucapkannya, aku berbicara dengan bahasa inggris, ceritanya ingin mengkonfirmasi…. Dia cengo.
Akhirnya kami hanya saling memandang…, dan aku memutuskan untuk mengisi formulirnya saja. Ketika selesai aku mengambil nomor antrian lagi. Sepertinya ini yang dari tadi dimaksud oleh si petugas gaul.
Ketika aku maju untuk yang kedua kali, yang maju seorang ibu-ibu. Kejadiannya tidak jauh berbeda dengan tadi.
Dia berbicara…. Aku cengo
Aku berbicara…. Dia cengo
Aku rasa sekarang, aku mulai mengerti dengan kata-kata, ‘mata adalah jendela ke hati.’ Disini, ketika kami sudah tidak saling mengerti, biasanya kami hanya saling liat-liat-an…, dan akhirnya bisa terjadi kesepakatan diantara kedua belah pihak. Tidak tahu apakah benar-benar sepakat, atau hanya iya-iya saja, supaya cepat. Hehehhee.
Intinya, akhirnya pendaftaranku selesai..., dan akhir bulan aku bisa kembali untuk mengambil alien card yang sudah jadi. Sepertinya akan ada sesi saling memandang lagi akhir bulan nanti....
No comments:
Post a Comment